RiderTua.com – Di musim keduanya di MotoGP, Marco Bezzecchi tidak lagi menjadi underdog karena sudah terbukti menjadi lawan tangguh bagi juara bertahan Pecco Bagnaia. Rider Mooney VR46 itu bahkan sempat memimpin klasemen dalam beberapa balapan pertama. Dan setelah 8 seri pertama musim 2023, Bezzecchi berada di peringkat 3 klasemen sementara MotoGP.
Pembalap asal Rimini-Italia itu berhasil memenangkan GP Argentina dan Prancis serta memenangkan sprint race di Assen. Selain itu, dia juga meraih dua podium di GP Portugal (finis ke-3) dan Belanda (finis ke-2). Bezzecchi dipromosikan naik ke MotoGP pada 2022 setelah menempati peringkat 3 di Kejuaraan Moto2 di belakang Juara Dunia Remy Gardner dan Raul Fernandez di musim 2021.
Marco Bezzecchi : Matteo Berkata ‘Jangan Khawatir Percayalah Padaku’
Di tim Mooney VR46 milik sang idola Valentino Rossi, Bezzecchi didampingi kepala kru yang merupakan mantan spesialis data Rossi, Matteo Flamigni. Di musim pertamanya, rider berusia 24 tahun itu berada di peringkat 14 dan dinobatkan sebagai rookie terbaik musim 2022.
Rekan setimnya Luca Marini menunggangi Ducati GP22 terbaru untuk musim 2022, sementara Bezzecchi harus puas dengan GP21 di musim debutnya. Tahun ini mereka berdua memiliki materi yang sama yakni GP22. Dengan GP22, sejauh ini Bez lebih sukses ketimbang Marini yang saat ini berada di peringkat 6.
Di TT Belanda 2022, Bezzecchi meraih podium pertama di MotoGP setelah finis ke-2. Usai balapan, dia menyebutkan bahwa sebelum musim dimulai, dia dan kepala krunya Matteo Flamigni membuat daftar hal-hal yang ingin dia capai di tahun pertama. Apa yang ada di daftar itu?
Bezzecchi menjawab, “Kami membuat dua daftar. Satu dengan hal-hal yang ingin kami capai dan satu lagi dengan hal-hal yang kami pelajari setiap akhir pekan. Target saya adalah mencetak poin pertama, kemudian masuk 10 besar mulai dari Q1 ke Q2, langsung ke Q2 dan kemudian tentu saja podium.”
“Saya melakoni balapan yang bagus di Assen tetapi secara keseluruhan itu adalah akhir pekan yang aneh. Saya bekerja dengan ban medium sepanjang akhir pekan dan terlalu lambat. Tapi saat saya menggunakan ban belakang soft untuk kualifikasi, saya berada di posisi ke-4 tidak jauh di belakang Pecco Bagnaia yang meraih pole.”
“Saya menemukan bahwa hal itu terasa aneh. Saya tidak mengerti, mengapa saya bisa cepat tanpa langkah yang bagus. Kemudian dalam pemanasan kami berkata, ‘ayo coba ban soft. Meskipun itu bisa berisiko di sirkuit cepat seperti Assen dengan begitu banyak tikungan yang mengalir.”

“Tapi saya cepat dalam sesi pemanasan dan Matteo mencoba meyakinkan saya untuk memilih ban soft untuk balapan juga. Dia berkata, ‘jangan khawatir, percayalah padaku’. Balapannya gila. Dan pada satu titik, bahkan saya lebih cepat dari Pecco. Itu fantastis,” lanjut rider putra Vito Bezzecchi itu.
Sebelum balapan di Assen, Bez berdiskusi dengan pacarnya di mana dia akan meletakkan trofi. “Iya benar sekali! Saya menemukan tempat yang bagus. Sahabatku memberi hadiah yang bagus, sebuah kartu dari Assen. Saya menggantungnya di dinding dan sekarang ada tropi di bawahnya. Ini sangat lucu, kita membayangkan untuk mendapatkan trofi dan akhirnya kita berhasil,” ungkap Bez sambil tersenyum.
Matteo bilang, tahun lalu Bez cepat tapi terlalu mengandalkan insting. Sekarang dia menyerap informasi dengan lebih baik. Apakah itu perbedaan antara musim sebagai rookie dan 2023?
Murid VR46 itu menjawab, “Itu bagian dari perbedaannya. Saat kita mendapatkan pengalaman, kita mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang apa yang diharapkan dari motor dan bagaimana reaksinya dalam situasi tertentu. Ini juga meningkatkan kepercayaan diri.”
“Ketika kita percaya diri, kita berani gas pol lebih kencang dan lebih tahu apa yang harus dilakukan tanpa terlalu mengandalkan insting kita. Pembalap tidak mengenal rasa takut dan itu berarti secara naluriah kita dapat melakukan fast lap. Namun terkadang sulit untuk mengulangi hal seperti itu lagi,” pungkas Marco Bezzecchi.