RiderTua.com – Menurut Oscar Haro, kemenangan terbesar Marc Marquez bukan hanya di trek balap saja namun juga bagaimana cara dia menangani dampaknya, pemahamannya tentang tubuhnya sendiri, dan kedewasaan yang menandai titik balik dalam karier olahraganya.
“Saya sempat ngobrol dengan Marc beberapa minggu yang lalu. Dia terlihat sangat stres karena harus menjalani semua kewajiban yang memang melekat dengan statusnya sebagai juara dunia. Setelah musim berakhir, kita harus menghadiri dan menerima semua penghargaan yang diberikan baik dari federasi maupun dari media otomotif, dan hingga kini dia belum berhenti melakukan aktivitas itu,” ungkap Haro.
Oscar Haro: Prioritas Ducati adalah Membuat Marc Marquez 110% Bertahan dan Nantinya Dia yang Menentukan Siapa Rekan Setimnya

Situasi tersebut membuat Marc Marquez harus menunda keinginannya kembali menunggangi motor untuk latihan guna persiapan MotoGP musim 2026. “Seharusnya kami melakukan ‘sesuatu’ bersama, dan saya mengatakan kepadanya ‘jangan khawatir, kita akan melakukannya di bulan Januari’. Yang benar-benar dia inginkan adalah kembali ke atas motor dan melihat bagaimana kondisi fisiknya sekarang,” ungkap Oscar Haro.
Setelah cedera usai crash di Mandalika, Marquez memilih untuk beristirahat selama hampir 3 bulan. Ini sebuah keputusan yang tidak biasa baginya, dan hal ini menunjukkan bahwa dia sudah belajar dari pengalaman sebelumnya ketika dia memaksa comeback terlalu terburu-buru pada 2020. “Dia ingin beristirahat lebih dari 2 bulan, bahkan hampir 3 bulan. Karena dia sadar, betapa mudahnya sebuah kejuaraan bisa menjadi rumit kalau salah mengambil keputusan,” jelas Haro.

Lebih lanjut Haro menjelaskan, “Bayangkan jika cedera ini, alih-alih terjadi di Mandalika tapi terjadi seminggu sebelumnya di Jepang. Itu akan mempersulit dirinya meraih gelar dunia yang praktis sudah dia ‘pegang’. Cederanya sangat berat dan bisa menjadi rumit dalam semalam, bahkan jika kita memiliki keunggulan poin yang signifikan.”
Itulah alasan, mengapa usai menyegel gelar dunia Marquez membuat keputusan strategis. “Setelah menjadi juara dunia dia berkata, ‘saya akan memikirkannya, saya akan sembuh total sehingga saya dapat memulai tes pada bulan Februari dengan kepastian mutlak bahwa saya siap di atas motor,” imbuh Haro.

Oscar Haro juga mengungkapkan seperti apa keseharian Marquez. “Marc tipe orang yang tidak bisa diam. Orang yang bahkan tidak sanggup duduk santai di sofa rumahnya selama 10 menit. Dia selalu sibuk melakukan sesuatu, entah di gym, di ruang hiperbarik, atau di MSI milik Pedro Martinez dengan mesin-mesin super canggih, atau berlatih di atas motor supermoto atau motocross. Tapi latihan dengan motocross harus ditunda dulu, karena risikonya jauh lebih besar. Kalau jatuh, kita bisa cedera lebih parah. Kedewasaannya saat ini membuat dia menjalani masa pemulihannya dengan lebih tenang,” ungkap mantan petinggi Honda itu.
Bagaimana sisi manusiawi Marquez di paddock? “Selama bertahun-tahun di dunia balap, saya belum pernah melihat pembalap dengan kepribadian seperti yang dimiliki Marc di balik layar. Saya pernah bekerja dengan juara dunia yang hebat, tetapi tidak ada yang membangun kebersamaan dan kekompakan seperti yang dilakukan Marc. Tidak ada. Bahkan dia tidak hanya akrab dengan para staf teknisnya, tetapi juga dengan orang-orang di garasi sebelahnya. Dia adalah orang yang bahkan disukai oleh rivalnya. Semua orang menyukainya,” jawab Haro.

Haro menambahkan, “Saya sangat terkesan dengan kerendahan hati Marquez dalam hal teknis. Suatu hari dia pernah berkata, ‘jangan sentuh motornya, sayalah yang harus bekerja. Motornya luar biasa, timnya luar biasa, yang ‘kurang’ adalah saya. Dalam 35 tahun di dunia balapan, saya belum pernah mendengar hal itu dari pembalap lain. Bersikap rendah hati, jujur, dan mengatakan apa adanya, adalah hal yang membuat orang menyukai kita.”
Di luar urusan balap, ada sisi lain dari Marquez yang jarang diketahui. “Dia memberikan sumbangan uang dalam jumlah besar kepada orang-orang di sirkuit, kepada anak-anak yang sakit, kepada klub-klub sepak bola. Dia telah melakukan hal-hal luar biasa dan orang-orang tidak mengetahuinya. ‘Warisan’ kepedulian yang ditinggalkan Marc, lebih besar daripada gelar-gelar yang diraihnya. Suatu hari nanti kita semua akan memahami sisi kemanusiaan Marc Marquez. Dan itulah yang akan dikenang, melebihi 12, 13, atau 15 gelar yang mungkin dia menangkan,” ungkap Haro.

Haro tidak ragu membandingkan Marquez dengan legenda balap asal Spanyol Angel Nieto. “Saya selalu membandingkannya dengan Angel Nieto. Dia adalah Angel Nieto era ini. Dia adalah orang yang selalu selangkah lebih maju,” imbuhnya.
Setelah meraih juara dunia, seberapa besar posisi dan pengaruh Marquez di Ducati? “Prioritas Ducati adalah membuat Marc Marquez 110% bertahan. Kalau besok, katakanlah Pedro Acosta ingin menjadi rekan setim Marc di Ducati, yang menentukan itu adalah Marc Marquez. Saya tidak mengatakan itu akan benar-benar terjadi, karena semua pembalap menempuh jalannya sendiri, melakukan pekerjaannya sendiri, dan itu saja. Saya yakin dia adalah figur yang sangat strategis bagi Ducati. Marc sangat cerdas. Dia tidak berusaha selalu mengejar nilai 10 atau sempurna. Dia cukup puas dengan nilai 8. 2 poin yang sengaja dia sisakan itu adalah ‘alat bantu’ (mental, teknis, maupun strategis),” pungkas Oscar Haro.






