RiderTua.com – Pol Espargaro pernah menjadi rekan setim Marc Marquez di tim Repsol Honda pada 2021 dan 2022. Tes rider KTM itu tidak menampik bahwa di awal-awal menjadi rekan setim Marquez, sempat ada ketegangan antara mereka berdua. “Terutama di awal, misalnya saat bertarung di Qatar, kami sempat mengalami beberapa momen tegang,” ujar Pol.
Namun menurut Espargaro, situasi tersebut justru membuat mereka lebih dekat. “Pada saat itu kami memahami bahwa Honda sedang mengalami masa sulit, motornya tidak bekerja dengan baik, dan kami harus saling membantu setidaknya dalam beberapa hal kecil untuk mengembalikan proyek ke jalur yang benar,” jelas tes rider berusia 33 tahun itu.
Pol Espargaro: Punya Rekan Setim Seperti Marc Marquez, Menghancurkan Mental Kita dan Itulah yang Dialami Pecco Bagnaia
Pol Espargaro mengkritik metode kerja Honda, yang menurutnya cara kerja ala Jepang membuat para pembalapnya harus menutup kekurangan motor dengan risiko yang berlebihan. “Pada saat itu Honda masih menggunakan pendekatan ala Jepang yang keras dan sangat kaku, yang sudah digunakan sejak awal era MotoGP. Padahal zaman sudah berubah dan tuntutan di era baru membutuhkan adaptasi yang berbeda,” ujar Pol.
Espargaro mengaitkan banyaknya cedera dengan kurangnya daya saing RC213V. “Karena tidak memiliki paket yang tepat, kita harus memaksakan diri hingga ke level yang sangat ekstrim yang sering berakhir dengan cedera, crash, situasi yang sebenarnya di luar kendali,” imbuhnya.

Terkait dampak menjadi rekan setim Marquez, Pol mengatakan, “Dari sekian banyak kelebihannya, Marc memiliki kemampuan untuk mencapai batas kemampuan jauh lebih cepat daripada pembalap lain. Dan dia ‘bermain’ dengan batas tersebut dengan cara yang tidak dapat dilakukan orang lain.”
“Apa yang terjadi ketika kita punya banyak masalah tetapi rival kita tidak merasakan masalah tersebut atau jauh lebih sedikit merasakannya. Seperti halnya Marc dan menang dengan cara seperti itu? Nah, itu menghancurkan mental kita dan masalah kita terasa semakin berat dari sebelumnya. Itulah situasi yang dialami Pecco Bagnaia. Dia sedang dalam proses perubahan, upaya evolusi, tetapi dia jelas belum mencapai titik terendah,” tegasnya.
Sebelumnya, Espargaro pernah bersaing melawan Marquez ketika masih berkompetisi di kelas 125cc. “Sangat sulit untuk melawannya, benar-benar sulit. Di kelas 125cc, postur saya tergolong kecil karena saya tidak terlalu tinggi. Tetapi dibandingkan dengan Marc, tubuh saya cukup besar,” jelasnya.

Pol menambahkan, “Selain itu, saat itu kami menggunakan baju balap yang cukup berat dan di kelas 125cc motornya menggunakan mesin 2-tak yang bobotnya sangat ringan. Sehingga bobot pembalap menjadi faktor yang sangat penting. Tubuh Marc Marquez sangat kecil, bobotnya sangat ringan, jadi kita tahu bahwa cepat atau lambat dia akan menyalip kita di trek lurus. Dan itulah yang membuat duel melawan Marc jauh lebih sulit.”
Kecil-kecil cabe rawit. Meski postur tubuh Marc Marquez terbilang kecil, namun bakatnya tak terbantahkan. Dia mampu mengatasi keterbatasan fisik dengan skill yang sangat mumpuni. “Dia benar-benar memiliki bakat yang luar biasa bahkan sejak dia masih kecil dan dia memanfaatkannya dengan sangat baik. Bobot yang ringan dan tubuh yang kecil juga punya kekurangan, karena bisa menjadi masalah dalam mengendalikan motor. Meski begitu, dia berhasil melakukannya dengan sangat luar biasa,” tegas Pol.
Karir balap Marquez terbilang mulus, meski sempat terpuruk karena cedera pada 2020. “Ketika dia mulai meraih hasil bagus di kelas 125cc, masa depan Marc menjadi sedikit lebih jelas, tetapi sulit untuk membayangkan hal seperti itu. Dengan talenta muda, begitu banyak hal yang bisa terjadi dan begitu banyak hal yang bisa salah,” pungkas adik Aleix Espargaro (tes rider Honda) itu.






