RiderTua.com – Paolo Simoncelli yang merupakan pemilik Tim SIC58 Squadra Corse, mengulas jalannya musim 2025. “Crash yang dialami Luca Lunetta di Assen sangat memengaruhi kami dan membatasi performanya di balapan-balapan terakhir. Kita selalu mengharapkan lebih dari tim, tetapi insiden-insiden seperti ini menentukan jalannya musim. Transisi beberapa pembalap ke Moto2 memengaruhi stabilitas tim dan kemampuan mereka untuk meraih hasil yang lebih baik,” ujar ayah mendiang pembalap Marco Simoncelli itu.
Terkait perbedaan teknis antar pabrikan, Paolo menjelaskan, “Saat ini perbedaan antara KTM dan Honda lebih kecil dari yang dipikirkan orang. Yang terpenting adalah pembalapnya. Selama kurun waktu 2020 hingga 2021, pabrikan membatasi pengembangan motor dan meskipun ada sedikit perbedaan teknis, para pembalaplah yang menentukan hasil di lintasan. Mereka menang berkat bakat, strategi, dan konsistensi.”
Paolo Simoncelli: Hanya Sedikit Pembalap yang Terlahir Seperti Marc Marquez

Paolo Simoncelli tidak setuju jika mini bike akan dihapus untuk pembalap hingga usia 14 tahun, yang menurutnya merupakan dasar pembelajaran. “Mini bike mengajarkan pembalap untuk membuat keputusan cepat, bertarung side by side (duel ketat sejajar), dan membaca lintasan. Tahap itu mempersiapkan pembalap untuk mencapai Kejuaraan Dunia dengan percaya diri dan kemampuan teknik yang mumpuni,” tegasnya.
Paolo menambahkan bahwa latihan awal dengan mini bike sangat penting bagi pembalap. Sebut saja pembalap top seperti Valentino Rossi, Marco Simoncelli, Andrea Dovizioso, dan Mattia Pasini, yang belajar menggabungkan bakat dengan pengalaman sejak usia muda. Menurutnya, masa depan balap motor bergantung pada bakat alami dan fondasi latihan di trek yang kokoh, dimulai sejak usia muda dan menjaga keseimbangan antara kompetisi dan pembelajaran.

Noah Dettwiler mengalami crash horor di Malaysia yang menyebabkan rider asal Swiss itu cedera parah. Paolo menekankan bahwa Noah adalah pebalap yang luar biasa dan matang, dengan kontrak terjamin di SIC58 untuk musim depan. “Sangat penting untuk menyediakan lingkungan yang stabil dan suportif bagi para pebalap muda, agar mereka dapat berkembang tanpa tekanan eksternal yang seringkali menghambat perkembangan talenta-talenta baru,” ujarnya.

Paolo Simoncelli juga menyoroti Marc Marquez yang menurutnya merupakan contoh pembalap yang mampu menggabungkan antara supremasi dan konsistensi. “Hanya sedikit pebalap yang terlahir seperti dia. Bahkan dengan masalah fisik, dia terus mengungguli semua rivalnya. Bagi rival seperti Pecco Bagnaia, balapan melawan Marc adalah pertarungan tanpa akhir untuk terus berkembang dan tidak tertinggal. Mentalitas dan kemampuan Marquez di lintasan merupakan tolok ukur yang menantang seluruh grid dan menunjukkan level yang dibutuhkan untuk bersaing di level tertinggi,” jelasnya.
Terkait ‘Sepang clash’ yang terjadi pada 2015 antara Valentino Rossi dan Marc Marquez yang terus menerus diungkit, Paolo menegaskan, “Sekarang sudah waktunya untuk melihat ke depan, menghargai masa kini, dan fokus mengembangkan pembalap yang ada. Kunci sukses di dunia balap motor terletak pada kombinasi antara disiplin, semangat, pengalaman, serta lingkungan yang aman yang memungkinkan para pembalap muda mencapai potensi penuh mereka.”






