RiderTua.com – Kepala kru legendaris MotoGP Ramon Forcada mencoba menganalisis balapan akhir pekan MotoGP Malaysia. Setelah menyabet runner-up MotoGP musim 2025, Alex Marquez memenangkan balapan di Sepang. Dia naik podium bersama Pedro Acosta (KTM) yang finis ke-2 dan Joan Mir (Honda) yang finis ke-3.
Namun rider Gresini Ducati itu mengaku bahwa dalam prosesnya hal itu sempat membuatnya gugup. “Terlebih setelah melihat apa yang terjadi pada kakaknya Marc, yang baru saja memenangkan juara dunia dan kemudian mengalami crash tak terduga. Jadi meskipun di luar tampak mudah, sebelum semuanya benar-benar resmi dan diselesaikan, tetap saja sulit,” ujar Forcada.
Ramon Forcada : Bukan Lagi Ducati Cup, Semua Tim Sudah Bangkit dan Ducati-lah yang Belum Berubah
Ramon Forcada menambahkan, “Faktanya, Alex Marquez yang kita lihat dalam Sprint dan race utama benar-benar berbeda. Saat balapan utama dia tampil lepas, melesat, dan tanpa kesalahan. Kita melihatnya tampil mulus, balapan yang sempurna. Sebaliknya, dalam sprint dia memang finis ke-2 dan semuanya berjalan baik, tapi itu lebih karena dia berpikir ‘Pecco sudah menjauh kedepan, jadi biarkan saja, saya tidak akan ikut ‘perang’ dengan hal yang tidak penting’.”
Pabrikan yang mendapat konsesi (kemudahan teknis dari regulasi) mengalami banyak peningkatan di penghujung musim. “Biasanya motor tidak banyak berevolusi di tahap akhir musim. Tapi bagi pabrikan yang mendapat konsesi, motor mereka sudah benar-benar berbeda dibandingkan motor yang mereka gunakan saat tes pada Februari di Sepang. Kita dapat melihat dari hasilnya,” jelas Forcada.
Mantan kepala kru Jorge Lorenzo dan Casey Stoner itu melanjutkan, “Saat itu Yamaha, Honda, bahkan Aprilia dan KTM, semuanya kecuali Ducati, menggunakan motor eksperimental. Mereka punya kesempatan mengubah banyak hal, dan mereka melakukannya. Saat ini bukan lagi Ducati Cup, semua tim meningkat sementara justru Ducati-lah yang belum banyak berubah.”
“Menurut saya, konsesi ini sangat sukses. Ada peningkatan besar, baik dari segi tontonan maupun tingkat persaingan. Kita bisa melihat KTM misalnya. Pedro Acosta menjalani balapan yang spektakuler. Dia masih satu-satunya pembalap Spanyol yang belum menang, tetapi balapannya fantastis. Masalahnya, dengan cara Alex Marquez membalap, sulit untuk menang,” imbuh insinyur berusia 68 tahun itu.
Pecco Bagnaia yang bersaing untuk memperebutkan podium mengalami masalah ban yang memaksanya mundur dari balapan utama. “Pada hari Minggu, tentu saja dia tidak memiliki keunggulan seperti yang dia miliki saat sprint race, karena situasinya berbeda dari Alex. Tetapi kenyataannya, dia mampu mempertahankan keunggulan 0,8 atau 0,9 detik hingga dia mengalami masalah tekanan ban ketika Pedro menyalipnya. Dan sepertinya balapan akan seru sampai akhir,” ujar Forcada menyesalkan apa yang menimpa Pecco.
Forcada juga menyinggung perbedaan performa motor Ducati antara sprint dan race utama. “Menurut pengakuan Pecco, ternyata saat sprint Start Device tidak berfungsi dan justru saat itulah dia tampil lebih baik. Menariknya, sesuatu yang terus dikembangkan selama ini malah membuat seorang pembalap sadar bahwa tanpa menggunakannya motornya justru bekerja dengan baik,” pungkas teknisi gaek asal Spanyol itu.
