RiderTua.com – Mulai tahun depan, insentif untuk mobil listrik impor tidak akan diberlakukan lagi di Indonesia. Kalau produsen yang mendapat insentif ini tidak segera merakit mobilnya secara lokal, harga jualnya bakal jauh lebih mahal dari harganya saat ini.
Harga Mobil BEV Kini Dibanderol Cukup Terjangkau
Sejauh ini mobil listrik dapat memberikan hasil penjualan yang cukup memuaskan sepanjang tahun ini. Dimana pangsanya sudah mencapai 10 persen, dan selalu ada kenaikan penjualan di tengah penurunan kondisi pasar roda empat yang terjadi belakangan ini. Semua ini tidak hanya karena banyaknya pilihan di pasarnya, tetapi juga harganya yang cukup terjangkau.

Kebanyakan model BEV terbaru yang dirilis tahun ini dibanderol di bawah Rp 500 jutaan, dan tak sedikit ada yang sudah mendapat insentif. Sebenarnya tidak hanya insentif untuk mobil rakitan lokal saja, ada juga insentif untuk mobil listrik impor alias CBU, itupun penerima insentif ini tidak sedikit. Dari BYD, GWM Ora, VinFast, sampai GAC Aion sudah mendapat insentif tersebut, tapi mulai tahun depan insentifnya tidak akan diberlakukan lagi.
Memang ini bisa menjadi sesuatu yang bagus, walau sebenarnya ada masalah yang akan muncul setelahnya. Kalau tidak ada insentif penggantinya, maka produsen yang belum siap merakit mobilnya disini bakal mengalami kenaikan harga yang drastis hingga 30-40 persen. Tentu ini bisa berakibat buruk pada penjualan mobil listrik, dan mungkin juga berdampak pada pangsa yang diraihnya sejauh ini.

Insentif Pengganti
Jelas skenario tersebut harus bisa dihindari dengan memberikan insentif pengganti. Atau bagi produsen, mereka harus sesegera mungkin untuk merakit mobilnya disini. Aion sendiri sudah memulai produksi mobilnya disini, tapi baru model V dan UT yang dirakit. GWM Ora bakal merakit mobilnya mulai tahun depan.

Sementara BYD dan VinFast masih melakukan pembangunan pabriknya di Indonesia. Terakhir pembangunan pabrik BYD sudah mencapai 45 persen di bulan Mei, dan seharusnya di bulan ini bisa melebihi 60 persen.