RiderTua.com – Belakangan ini harga jual kembali mobil listrik di Indonesia selalu turun drastis ketimbang mobil jenis lainnya. Inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa konsumen tidak ingin membeli mobil jenis ini, sehingga produsen harus mencari solusi untuk mencegahnya.
Resale Value Model BEV yang Tidak Stabil
Memang penjualan mobil listrik dalam beberapa bulan terakhir masih cukup bagus, bahkan bulan lalu saja tercatat ada kenaikan penjualan dari bulan sebelumnya. Namun untuk harga jual kembalinya atau resale value tidak begitu bagus, bahkan sejumlah mobil mendapat harga jual kembali yang menurun drastis. Sehingga banyak yang menurunkan harga mobil BEV terbarunya, dan ini jelas membuat konsumen kecewa.

Mungkin kelihatannya ini sudah tidak bisa dihindari lagi, tapi sudah ada produsen yang punya solusi untuk mencegah itu terjadi. Yaitu GAC Indonesia, dimana mereka menghadirkan ‘Price Shield’ yang menjamin harga jual mobilnya tidak akan diturunkan atau direvisi. Mereka juga menjamin harga mobilnya tidak akan membuat rugi calon konsumennya, baik untuk model Aion maupun Hyptec.
Tentu ini menjadi sesuatu yang bagus, walau baru GAC yang melakukannya terhadap produk yang dijualnya sejauh ini. Mungkin tiap produsen sudah punya strateginya sendiri, tapi memang cukup sulit untuk menjamin resale value mobil listrik. Apalagi ini tidak hanya menjadi alasan mengapa konsumen Indonesia belum banyak yang tertarik untuk membeli model BEV.

Infrastruktur Belum Memadai
Memang mobil listrik kini makin laris terjual, tapi dengan terbatasnya infrastruktur pendukungnya, cukup sulit untuk mengisi daya baterai mobil di tempat umum. Mungkin di rumah masih bisa, tapi beda ceritanya kalau mobil dibawa berpergian ke tempat yang jauh, belum lagi kalau di tempat tujuan tidak ada stasiun pengisian baterai mobil terdekat.

Walau terdengar cukup merepotkan, tapi mobil jenis ini juga punya keunggulan dalam hal biaya perawatannya yang lebih murah dari mobil jenis lainnya.