RiderTua.com – Menurut Pol Espargaro, komunikasi yang lebih baik antara KTM dengan Pedro Acosta berperan sangat penting dalam kebangkitan pembalap berusia 21 tahun itu. Acosta mengalami kesulitan dalam debutnya bersama tim pabrikan KTM musim ini. Bagaimana tidak, dia hanya mencetak 58 poin dari 7 seri pertama. Titik terendahnya terjadi di Sachsenring, di mana dia crash saat berada di posisi ke-5 dan hanya mampu meraih 1 poin dalam dua balapan.
Kemudian Acosta mulai mengalami peningkatan pesat di GP Ceko dimana dia finis ke-2 dalam sprint dan ke-3 dalam race utama. Dibantu dengan aerodinamika baru, rider asal Murcia Spanyol itu berhasil mempertahankan momentumnya di Red Bull Ring dengan finis ke-3 dan ke-4 pada balapan kandang KTM. Dan di GP Hungaria dua pekan lalu, Acosta berhasil finis ke-2. Juara dunia Moto2 2023 itu mencetak 65 poin dalam tiga seri terakhir.
Pol Espargaro : Saya Paham, Sebagai Pembalap Muda Jelas Pedro Acosta Sulit Bisa Menerima Musim yang Buruk

Pedro Acosta mengungkapkan peran penting dua petinggi KTM yakni Pit Beirer dan Aki Ajo, yang membantunya belajar lebih sabar dalam menghadapi saat-saat sulit. “Ketika sesuatu tidak berada dalam kendali kita, kita tidak dapat memaksakan diri lebih keras. Karena terkadang, seperti di Sachsenring kita justru mengalami crash dan kehilangan lebih banyak daripada yang bisa kita dapatkan meskipun kita sedikit menahan diri. Terkadang menjadi lebih tenang dan jauh lebih positif. Seperti yang sudah saya katakan berkali-kali, saya belum pernah mengalami musim yang buruk sampai musim ini. Dan tahun ini, saya belajar lebih banyak ketimbang 4 tahun terakhir,” ujar rider berjuluk Hiu Mazarron itu.
Pol Espargaro mengatakan, “Saya yakin komunikasi yang baik sangatlah penting. Saya sepenuhnya bisa memahami Pedro. Dia masih muda dan sangat berbakat. Dan dia sadar, yang sangat sulit dan butuh waktu lama baginya adalah untuk menerima kenyataan bahwa pembalap lain yang kurang berbakat justru mengalahkannya.
“Saat masih muda, melihat hal-hal seperti ini rasanya sangat tidak adil. Tapi begitulah adanya. Terkadang MotoGP memang tidak adil. Juga di kehidupan secara umum. Terkadang perlu memahami bahwa kita harus finis di posisi ke-6. Memang tidak menyenangkan, tetapi itu adalah sesuatu yang kita pelajari seiring pertumbuhan dan pengalaman kita. Menurutku dia sedang dalam proses itu,” imbuh tes rider berusia 35 tahun itu.

Usai meraih podium di GP Austria, Acosta mengaku ada perubahan dalam mentalitasnya. “Jujur, jika hari ini adalah hari biasa dalam hidup Pedro Acosta, saya akan membanting motor ke gravel. Karena saya akan berusaha sekuat tenaga untuk meraih podium. Tapi ketika mencari kata ‘kejuaraan’ di kamus, itu artinya lebih dari satu balapan,” ujarnya sambil tersenyum.
Selain itu, Pol Espargaro juga menegaskan bahwa peningkatan pada RC16 juga membantu Acosta membalap dengan lebih terkendali. “Pabrikan sedang bekerja keras. Kami mengalami saat-saat yang sangat sulit, seperti yang kita semua tahu. Tapi kini situasinya membaik dan kami mulai memberikan materi yang sangat bagus kepada para pembalap. Masih ada beberapa seri yang akan datang, tapi menurutku kami berhasil memperkecil gap dengan Ducati,” pungkas Pollycio.
Menjelang GP Barcelona akhir pekan ini, Acosta berada di peringkat 5 dalam klasemen atau tepat satu posisi di bawah pembalap non-Ducati teratas Marco Bezzecchi (Aprilia).






