Home MotoGP Fabio Quartararo : MotoGP Silverstone Adalah Momen Terburuk Saya

    Fabio Quartararo : MotoGP Silverstone Adalah Momen Terburuk Saya

    Fabio Quartararo
    Fabio Quartararo

    RiderTua.com – Setelah 12 seri atau 22 balapan MotoGP musim 2025, Fabio Quartararo hanya menempati peringkat 9 dengan mengumpulkan 102 poin dalam klasemen. Dengan 4 kali meraih pole position dan hasil terbaiknya adalah finis ke-2 di GP Jerez, rider berusia 26 tahun itu menjadi pembalap terbaik Yamaha di klasemen pembalap.

    Melihat kembali jalannya paruh pertama musim, mundurnya Quartararo saat memimpin balapan MotoGP Inggris di Silverstone merupakan hal dramatis yang paling menyakitkan baginya. Start dari pole, rider asal Nice Prancis itu untuk pertama kalinya mampu mempertahankan kepemimpinan. Namun pada lap ke-12 (dari 19 lap setelah restart), tiba-tiba dia menepikan motornya ke pinggir lintasan lalu terduduk dan berteriak dengan kesal. Ternyata RHD (ride height device/pengaturan ketinggian pengendaraan) motornya rusak!

    Fabio Quartararo : MotoGP Silverstone Adalah Momen Terburuk Saya

    Di Brno, Fabio Quartararo mengatakan, “Itu adalah momen terburuk, tetapi juga yang terbaik. Itu adalah pertama kalinya tahun ini, saya bertarung untuk memperebutkan kemenangan dan satu-satunya sejauh ini. Jadi itu adalah momen yang positif. Tetapi ketika hal seperti itu terjadi dan kita tidak dapat menyelesaikan balapan, itu selalu terasa sangat buruk. Yang membuat semakin menyakitkan adalah insiden buruk itu terjadi ketika saya memimpin balapan. Tapi begitulah balapan, terkadang hal seperti itu bisa saja terjadi.”

    Bagaimana cara seorang pembalap menghadapi kegagalan seperti itu? “Bagaimana cara terbaik untuk melupakannya? Saya di sini bersama teman-teman saya, manajer sekaligus sahabat saya, dan pacarnya juga sahabat saya. Kami berada dalam situasi di mana selalu ada sesuatu yang lebih buruk dalam hidup. Saya dalam kondisi sehat dan itulah yang terpenting. Tentu saja hal seperti itu sulit dicerna di jam-jam pertama karena saya bisa saja menang dan saya sudah lama tidak menang,” jawab rekan setim Alex Rins itu.

    Fabio Quartararo
    Fabio Quartararo

    Ketika Quartararo berada di samping motornya yang terparkir di pinggir trek, dia berlutut lalu membantingkan tangannya ke aspal yang menunjukkan seolah dia tak percaya dengan apa yang terjadi dan tak percaya dengan nasib buruknya. Beberapa saat kemudian dalam sesi jumpa pers, dia terlihat emosional. Ketika ditanya apakah balapan tadi memberinya harapan? El Diablo tidak bisa menjawab, air mata menggenang di matanya, dan emosinya meledak.

    Di GP Ceko atau 2 bulan berselang setelah insiden itu, sambil tersenyum Quartararo mengatakan, “Tapi pada akhirnya, cukup mudah untuk melupakannya.”

    Quartararo gagal menyelesaikan 3 balapan berturut-turut, dan bahkan 4 pole position yang diraihnya pun juga tak membantunya. Akhirnya Juara Dunia MotoGP 2021 itu bisa tersenyum di Sachsenring, ketika meraih podium dalam sprint race.

    Jika dicermati, ada pola yang terus berlanjut sepanjang musim. Start dari depan tapi kemudian dalam balapan, segalanya berjalan tidak sesuai yang diperkirakan. Selalu begitu! Quartararo selalu tampil sangat baik di kualifikasi namun hanya berbuah kekecewaan di balapan. Di Silverstone motornya mengalami masalah teknis dan di balapan kandangnya Le Mans dia mendarat di gravel, atau disalip oleh motor-motor yang lebih kompetitif tanpa mampu memberikan perlawanan yang berarti.

    Quartararo menjelaskan, “Saya rasa kecepatan dalam satu lap menjadi keunggulan utama saya sejak bergabung dengan MotoGP. Saya benar-benar seperti memisahkan diri dari dunia dan memberikan segalanya untuk satu lap. Dan di fast lap, kami berhasil meningkatkan diri dan motor secara signifikan. Dalam kondisi yang baik dan ketika saya percaya diri, saya bisa menjalani kualifikasi yang luar biasa.”

    “Kualifikasi yang baik bagi kami adalah berada di 5 besar. Tidak pernah mudah. Tetapi di fast lap, saya bisa gas pol hingga melampaui batas. Dalam balapan, situasinya berbeda karena kami harus mempertimbangkan banyak hal seperti ban, suhu, dan elektronik. Kami masih punya banyak hal yang harus dilakukan. Tetapi di fast lap, yang kami pikirkan hanyalah ‘membakar’ ban dan mengerahkan seluruh tenaga untuk mengejar catatan waktu terbaik,” pungkas El Diablo#20.

    © ridertua.com

    TINGGALKAN BALASAN

    Silakan masukkan komentar Anda!
    Silakan masukkan nama Anda di sini