RiderTua.com – Michelin terbuka untuk mengubah sistem penalti tekanan ban MotoGP dengan mempertimbangkan hukuman langsung saat balapan, seperti long lap penalti ketimbang menerapkan penalti waktu setelah bendera finis dikibarkan.
Berdasarkan peraturan yang berlaku saat ini, setiap pembalap yang tidak mampu mempertahankan tekanan minimum yang ditentukan yakni 1,8 bar untuk depan dan 1,68 untuk belakang, selama setidaknya 60 persen jarak balapan akan dikenakan penalti waktu 16 detik pasca-balapan dan dalam sprint race ambang batasnya adalah 30 persen jarak balapan dengan penalti 8 detik.
Michelin : Yang Bikin Kesal Pebalap Penalti Diberikan Usai Balapan, Kami Sedang Mendiskusikan untuk Merubahnya
Namun faktanya hukuman ini diberikan setelah balapan selesai, artinya hasil berubah setelah perayaan podium dilakukan. Meskipun sejauh ini belum ada pembalap MotoGP yang kehilangan kemenangan namun beberapa pembalap diturunkan dari podium karena melanggar aturan ini. Misalnya ketika Maverick Vinales finis ke-2 di Qatar tetapi kemudian diturunkan ke posisi ke-14 karena pelanggaran tekanan ban depan yang membuat Franco Morbidelli naik ke posisi ke-3 tapi tidak bisa naik podium.
Kemudian 4 pembalap juga kena penalti berdasarkan aturan yang sama di GP Silverstone, yang menegaskan bahwa terlepas dari upaya terbaik yang mereka lakukan selama balapan, pembalap dan tim yang lengah bisa terjebak oleh regulasi ini.

Piero Taramasso (manajer balap roda dua Michelin) mengatakan bahwa teknologi pemantauan tekanan ban secara real-time sudah terbukti akurat, sehingga memungkinkan pemberian penalti langsung selama balapan.
Apakah peraturan tekanan ban saat ini dapat diubah? “Kami masih berdiskusi dengan Dorna, FIM, dan MSMA. Kami terbuka. Jika mereka menemukan sistem lain yang bekerja lebih baik, kami bersedia mengubahnya. Masalahnya bukan pada sisi teknis yang berfungsi dengan baik, sensor dan pengukurannya sangat presisi. Bagi saya, masalahnya adalah penalti diberikan setelah balapan dan setelah podium,” jawab Taramasso.
Dia menambahkan, “Ini yang membuat pembalap dan penggemar kesal. Jadi, kami perlu menemukan cara untuk memberikan penalti selama balapan dengan long lap penalti. Mungkin pada 3/4 jarak balapan, kita melihat data dan melihat apakah itu baik-baik saja atau tidak. Bagi saya, ini bisa menjadi salah satu solusi.”
BTW, dengan long lap penalti standar yang menghabiskan waktu sekitar 3-5 detik, bahkan double long lap akan jauh lebih ringan daripada pengurangan waktu 16 detik seperti sekarang ini, sementara hasil balapan tetap sah saat melintasi garis finis.
Taramasso juga menjelaskan alasan mengapa pemantauan tekanan saat balapan, bukan pemeriksaan di grid sebelum balapan dianggap sebagai sistem yang paling fair. “Mengenai soal teknis, akan sangat-sangat sulit untuk menemukan sistem yang lebih baik dari ini. Karena sekarang kita mendapatkan data tekanan ban yang sebenarnya secara langsung di lintasan. Inilah yang kita inginkan,” jelasknya.

Taramasso menambahkan, “Memberi tim kebebasan untuk menentukan sendiri tekanan ban saat start, juga adil karena setiap pembalap dapat memulai balapan dengan tekanan ban yang sesuai dengan mereka. Jika menerapkan satu tekanan ban untuk semua misalnya 1,8 bar di grid, ini tidak adil. Karena para pembalap yang start di depan dan di belakang menginginkan tekanan start yang berbeda.”
Menurut Taramasso, sebagian besar pelanggaran terjadi karena penurunan tekanan ban dengan margin yang sangat tipis yang biasanya merupakan akibat dari strategi balapan yang salah perhitungan bukan karena kelalaian teknis yang mencolok. “Tim-tim sekarang sangat memahami sistemnya, mereka mampu mengelola dengan baik. Sangat jarang terjadi penalti karena mereka tidak melaju di bawah 0,5 bar. Para pembalap juga memiliki peringatan di dasbor,” ujar Taramasso.
Michlein Akan Pindah WSBK
Bos asal Prancis itu melanjutkan, “Jadi ini hanyalah satu strategi tambahan yang harus dikelola, di mana dapat memutuskan apakah ingin menyerang, tetap di belakang, atau tetap di depan. Saya tidak mengatakan itu mudah, tetapi ketika bermain di batas maksimum, terkadang ada ‘harga’ yang harus dibayar jika tekanan ban terlalu rendah.”
Apakah di masa mendatang tekanan depan minimum 1,8 bar dapat dikurangi? “Tidak, itu sudah batas maksimal dan kami tidak dapat menurunkannya lagi. Kami hanya dapat mencapai batas yang sangat rendah ini, berkat keakuratan sistem real-time karena kami tahu persis seperti apa tekanan yang ada di lintasan,” tegas Taramasso.

Keyakinan itulah yang membuat Taramasso yakin bahwa sudah waktunya untuk menjajaki penerapan penalti selama balapan. “Sejauh ini, setiap kali kami memeriksa sensor kami tidak pernah melihat masalah. Penalti saat balapan hanyalah sebuah ide, hanya untuk mengatakan bahwa kami terbuka terhadap segalanya, terhadap berbagai solusi,” pungkas Taramasso.
Konsekuensi dari penalti yang dijatuhkan saat balapan adalah semua pelanggaran tekanan ban rendah akan langsung dihukum, apa pun penyebabnya. Itu termasuk insiden tak terduga seperti kebocoran pelek seperti yang dialami Pedro Acosta di Mandalika tahun lalu, dimana pebalap Tech3 kala itu berhasil lolos dari penalti pasca-balapan.
BTW, Michelin akan tetap menjadi pemasok ban di MotoGP hingga akhir era teknis saat ini pada 2026, setelah itu Pirelli akan mengambil alih mulai 2027. Jadi sepertinya sudah terlambat kalau Michelin mau mengubah aturan… bikin pusing..