RiderTua.com – Pecco Bagnaia menyelesaikan seri Thailand di posisi ketiga, baik di sprint maupun race utama, dan ia juga berada di posisi ketiga dalam klasemen. Meski itu menjadi hasil yang sangat positif untuk mengawali musim, pembalap Italia tersebut tidak sepenuhnya merasa puas, dan ia ingin terus berjuang untuk memperebutkan gelar juara dunia tahun ini.
Bagnaia mengaku sudah melaju lebih cepat. Ia juga berhasil mengejar Alex Marquez yang berada di depannya, dimana Alex melaju lebih lambat dari kakaknya. Namun karena ia terkadang tertinggal setengah detik di beberapa putaran, akhirnya ia tidak memaksa dan membiarkan mereka melaju kencang di depannya. Marc Marquez bisa mengejar Alex dengan strategi slipstream setelah sempat disalip oleh adiknya. Walau demikian, “itu menjadi balapan yang menarik untuk ditonton, rasanya seperti menonton film di bioskop,” kata Pecco.
Pecco Bagnaia: Marc Mengerem Seperti Saya Tapi Keluar Tikungan Seperti Alex
Pembalap tim pabrikan Ducati tersebut kemudian menganalisa cara membalap Marquez bersaudara tersebut. Meski Pecco unggul dari Alex saat mengerem, Alex masih unggul saat melepaskan rem (akselerasi). Sementara Marc mengerem seperti cara Bagnaia, tapi ketika keluar dari tikungan ia memiliki kemiripan dengan gaya adiknya. Karena motornya hampir sama seperti tahun lalu, Pecco harus memahami mengapa ia merasa kesulitan untuk merasakan hal yang serupa.

Ia menganggap penampilannya di Thailand ‘sungguh disayangkan’, walau dengan caranya tampil akhir pekan ini dan setelah latihan dianggap baik-baik saja, itu belum bisa membuatnya puas. Pecco mengalami beberapa kesulitan, walau timnya sudah memperpanjang tes, ia tidak bisa melakukan tes yang diperlukan, seperti memahami ban depan dengan lebih baik. Tapi sekarang ia sudah menyelesaikan pekerjaan tersebut, dan memastikannya takkan terjadi lagi.
Pembalap asal Italia tersebut tidak bisa melakukan apapun selama balapan, dengan Marquez bersaudara melaju lebih cepat darinya. “Marc jelas lebih baik, ia lebih cepat 0,3 atau 0,4 detik per putaran. Di sisi lain, Alex lebih lambat dariku, tapi ia lebih cepat di beberapa titik penting dan saya tidak bisa menyerangnya,” katanya.
Tetap saja, ia merasa lebih baik selama balapan utama ketimbang Sprint. Tiap kali ia memakai tangki dengan ukuran lebih besar, ia merasa lebih baik saat mengerem, namun ia kehilangan terlalu banyak di akselerasi, terutama di sektor ketiga. Sehingga ia mencoba untuk mengelola risiko dan melakukan yang terbaik yang sebisanya.

Setelah tes, murid Valentino Rossi tersebut memperkirakan Alex dan Marc Marquez menjadi yang tercepat, termasuk Marco Bezzecchi dan Franco Morbidelli. Terutama Marc, karena ia melakukan simulasi balapan dengan catatan waktu yang luar biasa. Pecco mengaku belum bisa beradaptasi dengan motornya, walau ia masih belum bisa menjelaskan masalah yang dialaminya selama latihan. Sehingga sesi hari Jumat di Thailand dihabiskan untuk menyelesaikan pekerjaannya. Meski ia sudah membuat langkah maju, itu tidak cukup untuk memperjuangkan gelar juara.
Bagnaia memutuskan untuk memikirkan rencana jangka panjangnya. Ia tahu betul kalau sering crash, tidak ada gunanya untuk memenangkan balapan. Karena ia tahu seri Thailand akan berjalan sulit, ia hanya berpikir untuk menyelesaikan balapan, meski ia tidak menyukai hasil yang didapatnya tersebut.
Seri berikutnya akan berlangsung di sirkuit yang menguntungkan Marc Márquez, tidak hanya Argentina, tetapi juga Austin. Sehingga Bagnaia harus berusaha keras untuk memperkecil jaraknya. “Terkadang saya memulai akhir pekan dan semuanya berjalan dengan baik, namun kita belum pernah ke sirkuit Termas selama tiga tahun dan saya tidak bisa membayangkan kondisi seperti apa yang akan ditemukan di lintasan,” pungkasnya. Jelas Bagnaia tidak boleh kehilangan terlalu banyak poin, sehingga ia ingin bisa menambah poin di Qatar atau sirkuit lain yang lebih menguntungkannya kalau ia tidak bisa menambahnya di dua seri mendatang.