RiderTua.com – Jorge Martin berhasil menggapai mimpinya menyabet gelar dunia MotoGP pada 2024, setelah unggul 10 poin dari rival terdekatnya Pecco Bagnaia. Dengan keberhasilan mereka, keduanya menjadi salah satu pembalap yang mengantongi pendapatan tertinggi di MotoGP.
Baru-baru ini, dalam sebuah wawancara Martin mengakui bahwa dia sempat mengalami kesulitan dalam mengelola keuangan di awal kariernya di MotoGP. “Pada usia 17 tahun, di kelas Moto3 saya sudah mendapatkan 70.000 euro (Rp 1,1 miliar) per tahun bersama Aspar. Jumlah ini terdiri dari gaji tetap dan uang dari sponsor. Jika kita menang, kita bisa mendapatkan hingga 150.000 euro (Rp 2,5 miliar) per tahun di kelas ini,” ungkap Martinator.
Jorge Martin : Gaji Besar Berisiko Tergoda Hidup Berfoya-foya

Jorge Martin menambahkan bahwa di kelas kecil 60 persen pembalap membayar agar bisa berkompetisi di kelas ini. Hal yang sama berlaku untuk di kelas Moto2, di mana rider bisa mendapatkan hingga sekitar 300.000 euro (Rp 5 miliar) per tahun. Namun ketika terjun di kelas utama, pembalap bisa mendapatkan antara 600.000 hingga 12 juta euro (Rp 10 – 203 miliar) per tahun.
Pendapatan besar juga dibarengi dengan risiko besar, yakni godaan untuk hidup berfoya-foya. Martin mengaku sempat kehilangan fokus setelah meraih kemenangan di Austria. “Ketika saya naik ke MotoGP, saya masih single. Setelah kemenangan pertama saya di Austria, saya mulai berpesta. Baik pada hari Minggu usai balapan maupun setelah latihan di Andorra, saya selalu pergi ke Barcelona. Tapi suatu hari saya menerima tagihan klub malam dengan jumlah yang sangat banyak. Setelah membayarnya, saya menyadari bahwa saya harus berubah. Kemudian, saya bertemu pacar saya Maria dan itu membantu saya,” ungkap rider berusia 26 tahun itu.
Meski menjadi juara dunia, orang tua dan kakek-nenek Martin mengingatkannya untuk tetap rendah hati, bijak dalam mengelola keuangan dan fokus pada hal-hal penting. ” Jika membuang-buang uang, kita akan bangkrut, teman-teman akan menghilang, dan karier kita bisa tamat. Saya tahu apa yang saya miliki, saya bahagia, dan saya mencoba menikmatinya dengan membantu orang lain,” tegas rider pabrikan Aprilia itu.
Meski secara finansial Martin bisa pensiun dan hidup nyaman, namun rekan setim Marco Bezzecchi itu masih memiliki ambisi besar. “Saya ingin menjadi seseorang legenda MotoGP. Saya ingin dikenang dan meninggalkan warisan bagi generasi mendatang,” pungkas Martin.