Home MotoGP Ducati : Sistem Kami Terinspirasi dari Ajaran Galileo Galilei

Ducati : Sistem Kami Terinspirasi dari Ajaran Galileo Galilei

Ducati - Galileo Galilei
Ducati - Galileo Galilei

RiderTua.com – Ducati memasuki MotoGP pada 2003 di saat pabrikan Jepang mendominasi. Pada musim debutnya tersebut mereka berhasil meraih kemenangan di Catalunya berkat Loris Capirossi. Dan pada 2007, Casey Stoner membawa pabrikan asal Bologna itu meraih juara dunia MotoGP pertama pada 2007 setelah memenangkan 10 balapan.

Tapi ketika Stoner memutuskan pergi pada 2011, mereka mencapai titik terendahnya. Perekrutan Valentino Rossi hanya menghasilkan tiga podium dalam dua musim (GP Prancis 2011, GP Prancis 2012 dan GP Misano 2012) sebelum legenda MotoGP asal Italia itu kembali ke Yamaha pada 2013.

Ducati : Sistem Kami Terinspirasi dari Ajaran Galileo Galilei

Pada akhir tahun 2012, Ducati merekrut Gigi Dall’Igna dari Aprilia sebagai general manajer untuk membantu mengembalikan ke jalur kemenangan. Meski prosesnya lambat, Ducati kembali menjadi pemenang balapan pada 2016 bahkan mampu menjadi penantang gelar yang kuat pada 2017 hingga 2019 berkat Andrea Dovizioso (tiga kali menjadi runner-up di belakang juara dunia Marc Marquez/Honda). Pembalap Ducati kembali menjadi runner-up pada 2021, ketika Francesco Bagnaia dikalahkan juara dunia MotoGP 2021 Fabio Quartararo (Yamaha).

Pada 2022 Ducati semakin menunjukkan kekuatan besarnya. Bagnaia berhasil membalikkan defisit 91 poin dari Quartararo di pertengahan musim dan pada akhirnya murid Rossi itu memenangkan gelar dunia MotoGP 2022. Ini merupakan gelar dunia pertama Ducati sejak Stoner pada 2007. Pada 2023, Bagnaia berhasil memepertahankan gelarnya setelah mengalahkan Jorge Martin. Pada musim 2024, meski meraih 11 kemenangan Bagnaia gagal meraih gelar dunia ketiganya. Namun Ducati tetap berhasil memenangkan gelar dunia MotoGP berkat Martin yang saat itu membalap untuk tim Pramac.

Claudio Domenicali - Ducati
Claudio Domenicali – Ducati

Pada 2024, Ducati berhasil mencetak rekor sepanjang masa di MotoGP. Pertama, mereka merayakan 19 kemenangan grand prix dari 20 kemenangan (kecuali GP Amerika yang dimenangkan Maverick Vinales dengan Aprilia). Kedua, pembalap Ducati selalu naik podium dalam 14 race hari Minggu. 6 dari 8 pembalapnya mampu mencetak 53 podium dan meraih 16 pole position, 66 kali meraih podium berturut-turut. Selain itu Ducati juga memastikan satu pembalapnya naik podium di setiap sprint race.

Pada akhir musim 2024, jumlah kemenangan Ducati di ajang grand prix mencapai 106, menjadikannya satu-satunya pabrikan Eropa dalam sejarah MotoGP yang melampaui 100 kemenangan. Musim 2024 menandai tahun ke-5 berturut-turut Ducati memenangkan kejuaraan dunia konstruktor MotoGP, sementara tim satelit Ducati Pramac memenangkan kejuaraan dunia tim. Jorge Martin menjadi juara dunia MotoGP ketiga Ducati setelah Pecco dan Stoner.

CEO Ducati Claudio Domenicali mengatakan, “Dominasi yang ditunjukkan Ducati dengan motornya, pebalapnya, dan teknisinya di MotoGP musim 2024 akan tetap abadi di hati para penggemar olahraga ini. Saya sangat bahagia untuk Jorge, pebalap yang sangat berbakat yang tumbuh bersama Ducati dan mewujudkan mimpinya sejak dia masih kecil bersama kami. Setelah kegembiraan yang luar biasa di tahun 2022 dan ‘kesadaran akan kemenangan’ di tahun 2023, hari ini kami ingin merayakan kemenangan sebuah sistem yakni Sistem Ducati’.

“Sebuah sistem yang terinspirasi dari ajaran Galileo Galilei, penemu metode ilmiah dan ilmu pengetahuan modern. Sebuah sistem yang telah membawa kami menjadi yang terbaik dalam kompetisi di lintasan balap dan yang juga kami terapkan dalam penelitian, desain, dan pengembangan produk kami. Kami bangga menghadirkan motor buatan Italia ke seluruh dunia,” pungkas Domenicali.

TINGGALKAN BALASAN

Silakan masukkan komentar Anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini