RiderTua.com – Dengan perubahan struktur tim dan kedatangan juara dunia MotoGP 2024 Jorge Martin ke dalam tim pabrikan, Paolo Bonora selaku manajer tim Aprilia dihadapkan pada tugas berat untuk menyatuan semua elemen penting agar mampu menghadapi tantangan besar di MotoGP.
Selama 2 tahun terakhir Aprilia mengalami pasang surut. Meski berhasil memenangkan balapan namun mereka tetap kalah dari KTM apalagi Ducati di klasemen konstruktor. Untuk musim 2025, Aprilia harus menghadapi tantangan berat lantaran kehilangan 5 tokoh ‘kunci’ yang terlibat dalam pengembangan RS-GP selama ini.
Paolo Bonora : Membawa Aprilia Kembali ke Puncak MotoGP, Berat dan Kami Tidak Boleh Membuat Kesalahan
Setelah Aleix Espargaro mengumumkan pensiun dari MotoGP, Maverick Vinales memilih hengkang dan kemudian bergabung dengan KTM di tim Tech3. Tak hanya itu, kepala kru Antonio Jimenez dan Manuel Cazeaux yang merupakan orang kepercayaan terdekat mereka sekaligus orang yang dianggap sebagai ‘spesialis’ RS-GP juga memutuskan pergi. Seolah itu belum cukup, Romano Albesiano yang menjabat sebagai Direktur Teknis yang berperan utama dalam keberhasilan Aprilia kembali ke MotoGP memilih bekerja untuk Honda.

Di tengah perubahan besar tersebut, Aprilia mendatangkan Fabiano Sterlacchini (selama 17 tahun bekerja di Ducati dan menjadi tangan kanan Gigi Dall’Igna lalu bekerja untuk KTM dalam 3 tahun terakhir) yang belum memiliki pengalaman dengan RS-GP.
Dengan direkrutnya juara dunia MotoGP 2024 Jorge Martin yang membawa serta kepala krunya Daniele Romagnoli, Aprilia mencatatkan milestone karena untuk pertama kalinya mereka memiliki pembalap yang berstatus juara dunia. Meski Marco Bezzecchi tidak mujur pada musim 2024 (di tim VR46 dengan Desmosedici GP23), namun Aprilia optimis rider asal Rimini Italia itu mampu menjadi ‘the next Max Biaggi’ bagi mereka.
Paolo Bonora paham betul bahwa meski kombinasi dua pembalap top tersebut menjanjikan potensi yang besar, namun displin dan kerja keras tetaplah menjadi kunci utama dalam kesuksesan. “Ada kegembiraan dan antisipasi yang besar dalam tim dan di Aprilia secara umum. Ada banyak antusiasme. Namun, kami tidak boleh membuat kesalahan dengan membiarkan hal itu mengalihkan perhatian kami. Kami harus pragmatis dan bekerja sesuai dengan itu. Ada banyak yang harus dilakukan,” ujar bos asal Italia itu.
Ini artinya, Aprilia tidak boleh hanya mengandalkan bakat pada pendatang baru. Bonora menekankan bahwa peningkatan teknis sebagai prioritas utama. Salah satu kelemahan terbesar RS-GP adalah performanya saat pengereman di sirkuit yang memiliki tikungan tajam. “Kami harus terus memperbaiki pengereman yang buruk. Kami mengalami banyak masalah di lintasan dengan bagian pengereman yang ekstrem, dan solusinya harus segera ditemukan,” tegasnya.
Selain itu, Bonora juga mengakui ada masalah komunikasi dan pengambilan keputusan di bawah tekanan waktu terutama di sesi kualifikasi. Kesalahan-kesalahan ini seringkali membuat para pembalap frustrasi. “Komunikasi dan respon tim harus ditingkatkan. Kami tidak boleh mengulangi kesalahan yang sama,” tegas Bonora.
Menciptakan tim yang solid dan mampu bekerja secara profesional adalah tugas berat yang harus dihadapi Paolo Bonora. Hanya dengan sinergi yang sempurna antara pembalap dan tim, Aprilia pasti akan bisa kembali bersaing di MotoGP. Musim 2025 akan menjadi ajang pembuktian Aprilia dan Paolo Bonora sendiri sebagai manajer tim.