RiderTua.com – Pecco Bagnaia akan tiba di Barcelona dengan semangat juara, meskipun klasemen saat ini memperlihatkan Jorge Martín di puncak dengan keunggulan 24 poin. Di tengah perburuan gelar yang semakin ketat setelah Grand Prix Sepang, Barcelona menjadi medan akhir di mana Martín bisa mengamankan gelar MotoGP pertamanya. Namun, Bagnaia masih menyimpan harapan dan tekad untuk membalik keadaan, meski perjuangan di balapan Sprint terus menjadi rintangan bagi sang juara bertahan.
Pecco Bagnaia: Jika Tanpa Sprint Race Dia Pimpin Klasemen
Menariknya, jika hasil Sprint tidak dihitung dalam klasemen, Bagnaia sebenarnya akan mengungguli Martín dengan 24 poin. Ini menegaskan betapa berbedanya hasil kedua pembalap ini antara Sprint dan balapan utama. Bagi Martín, keunggulannya di Sprint jelas memberikan dampak besar pada posisinya di klasemen, sedangkan Bagnaia yang lebih dominan di balapan utama tetap tertinggal dalam pengumpulan poin secara keseluruhan.

Sepanjang musim 2024, konsistensi Martín di balapan Minggu telah meningkat drastis dibandingkan musim sebelumnya. Dari beberapa kali kegagalan di 2023, Martín berhasil mempertahankan posisi podium pada banyak balapan, dengan catatan dua belas podium di luar kemenangan. Pendekatan ini membantunya menutupi kerugian dari hasil balapan Sprint yang belum terlalu dominan, dan kini ia hanya dua kali gagal finis di balapan Minggu sepanjang tahun 2024—sebuah lompatan signifikan dari empat kali di musim sebelumnya. Dengan total 485 poin saat ini, peningkatan Martín menunjukkan bahwa taktik konsistensi telah menjadi sekutu utama dalam persaingan sengit ini.
Sementara itu, Bagnaia tetap mempertahankan gelar juara Minggu dengan sepuluh kemenangan di tahun ini, melampaui tujuh kemenangan yang ia raih pada 2023. Namun, tantangan utama Bagnaia justru datang dari balapan Sprint, di mana ia hanya berhasil meraih 116 poin, turun dari 140 poin tahun lalu. Catatan ini semakin diperparah oleh lima kali kegagalan mengumpulkan poin di Sprint, jauh lebih banyak dibandingkan dengan Martín yang hanya gagal dua kali.
Tantangan Bagnaia pada hari Sabtu tampaknya terletak pada ketidakmampuannya menemukan keseimbangan yang tepat pada motornya, terutama dengan tangki bahan bakar yang lebih sedikit. Ia mengakui bahwa meskipun kecepatan di hari Minggu konsisten, di Sprint, timnya kerap menghadapi kendala dengan pengaturan motor. Perbedaan beban bahan bakar dan durasi balapan yang lebih pendek menjadikan ritme yang berbeda, di mana upaya optimalisasi agar tampil agresif di Sprint menjadi tantangan tersendiri.
Menghadapi balapan terakhir ini, Martín memiliki peluang besar untuk meraih gelar dalam Sprint di Barcelona, sebuah kemenangan simbolis yang akan menutup musim penuh kejutan dan konsistensi. Bagi Martín, penutup musim ini menjadi momen penting untuk membuktikan bahwa pendekatannya terhadap Sprint bukan hanya strategi, tetapi kunci dalam menambah poin yang krusial di tengah persaingan ketat dengan sang juara bertahan.