RiderTua.com – Menurut statistik Jorge Martin bisa dinobatkan sebagai juara dunia MotoGP 2024 di GP Malaysia. Dengan keunggulan 17 poin rider Pramac Ducati itu harus menambah 21 poin lagi pada race hari Minggu di Sepang, lantaran rivalnya Pecco Bagnaia tidak akan dapat mengejar hingga 38 poin di akhir musim karena maksimal hanya 37 poin yang bisa dicetak pada satu balapan akhir pekan (12 poin jika menang di sprint dan 25 poin di balapan utama).
Martin bisa meraih gelar dunia di Sepang jika balapan berjalan seperti di GP Prancis. Saat itu, rider asal Madrid Spanyol itu sukses memenangkan sprint pada hari Sabtu dan juga balapan utama pada hari Minggu. Di sisi lain, Bagnaia mengalami crash pada sprint hari Sabtu dan didorong ke posisi ke-3 oleh Marc Marquez dalam manuver menyalip cepat pada race hari Minggu. Hasil akhir pekan itu persis dengan 21 poin tambahan, yang kini dapat digunakan Martin di Malaysia.
Jorge Martin : Saya Menonton Semua Video Saat Duel Melawan Pecco Bagnaia
Namun Jorge Martin tidak mau memikirkan hal rumit seperti di atas. “Merupakan hak istimewa yang luar biasa untuk kembali berada di sini lagi dan bersaing untuk memperebutkan gelar bersama Pecco Bagnaia. Tahun lalu saya tegang, gugup, dan kesulitan menghadapi situasi tersebut. Setelah itu menjadi jelas bahwa kehilangan gelar bukanlah akhir dunia. Seperti yang kita lihat, saya masih di sini,” kata pembalap berusia 26 tahun itu sambil tersenyum.

Martinator menambahkan bahwa tentu saja kali ini dia merasakan tekanan lagi, tetapi dia dapat mengatasinya dengan lebih baik. “Saya lebih dewasa dan saya sadar bahwa saya dapat kehilangan gelar. Tetapi saya juga dapat memenangkannya. Saya percaya diri dengan pekerjaan yang telah kami lakukan dan saya akan berjuang dengan segenap jiwa saya sampai akhir, untuk tim saya, untuk orang-orang di sekitar saya, dan untuk diri saya sendiri,” tegas rekan setim Franco Morbidelli itu.
Martin melakukan persiapan sematang mungkin untuk menghadapi balapan kali ini. Dia menganalisis segalanya tidak hanya tekniknya sendiri, tetapi juga mencari tahu misalnya bagaimana Bagnaia menghabiskan waktunya sebelum balapan. “Saya mempersiapkan diri sebaik mungkin. Saya menganalisis semua data, saya menonton semua video pertarungan kami. Saya ingin berada dalam kondisi terbaik, tidak hanya secara teknis dan fisik tetapi juga mental,” tegasnya.
Martin melanjutkan, “Kerja keras di semua levellah yang membawa saya ke penentuan gelar tahun lalu. Saya adalah underdog dan saya berharap untuk tetap menjadi underdog selama bertahun-tahun mendatang. Karena saya telah belajar banyak dari momen-momen yang menyakitkan dan buruk. Kalah juga bisa menyenangkan. Saya bekerja keras, berusaha menjadi orang yang lebih baik dan pembalap yang lebih baik. Saya berhasil melakukan itu sejauh ini, tetapi saya berharap proses ini akan terus berlanjut di masa mendatang.”
Bagaimana pendapat Martin mengenai bencana banjir di Valencia yang membuat gelaran final musim terancam gagal dilaksanakan? “Saya menyampaikan rasa solidaritas saya kepada semua orang di Spanyol yang terkena dampak badai besar ini. Situasinya tidak hanya sangat sulit bagi orang-orang di sana, tetapi juga bagi kami. Demi respek terhadap mereka yang terkena dampak, menggelar final di Valencia sesuai rencana tetap dipertanyakan, belum lagi masalah logistik dan apakah ribuan penonton akan aman di fasilitas yang rusak. Mungkin yang terbaik adalah pindah ke trek lain. Saya sangat yakin Dorna akan menemukan solusinya,” jawab Martin.
Apakah ada alternatif selain Valencia? “Satu hal yang pasti, saya tidak akan pergi ke Assen,” pungkas Martin sambil tersenyum, mengingat Assen adalah trek yang sangat cocok dengan rivalnya Bagnaia.