RiderTua.com – Sabtu kali ini bukanlah hari yang mengesankan bagi Luca Marini. Setelah tampil cukup baik di hari Jumat, Marini sempat berharap akhir pekannya akan berjalan lancar. Namun, kenyataan berbicara lain. Memulai dari posisi ke-21, pebalap Italia ini hanya berhasil naik dua posisi sepanjang balapan, dan ketika melintasi garis finis, ekspresi kecewa jelas tergambar di wajahnya.
Marini merasa hari itu berjalan buruk, jauh dari ekspektasinya untuk tampil lebih baik dan membuat kemajuan. Ia menyebutkan bahwa seluruh tim Honda, termasuk Johann Zarco, mengalami kesulitan yang sama dengan ban baru, yang membuat mereka tidak mampu mengulangi performa positif dari sesi sebelumnya. Marini juga mengeluhkan kurangnya cengkeraman ban serta sulitnya mengendalikan motor dalam kondisi balapan yang panas dan menantang.
Luca Marini: Ketika Saatnya Tiba untuk Menyerang, Bagnaia Akan Melakukannya
Ia menjelaskan bahwa pebalap lain tampak memiliki cengkeraman lebih baik di awal balapan, terutama dengan ban baru, yang memungkinkan mereka untuk lebih mudah menyalip. Sementara itu, bagi Marini, manuver harus dilakukan dalam dua pengereman pertama atau peluangnya akan semakin sulit. Ketika ban mulai habis, Honda RC213V yang ia tunggangi semakin menunjukkan kelemahan, terutama dalam kecepatan di lintasan lurus yang sangat penting di sirkuit ini.

Selain itu, Marini menyoroti upaya Ducati yang terus menunjukkan dominasi. Hari Jumat, timnya mencoba pengaturan baru yang direncanakan untuk tahun 2025, namun hasilnya kurang memuaskan. Marini akhirnya memutuskan untuk kembali ke set-up dasar yang biasa ia gunakan, karena eksperimen tersebut membuat motor terasa kaku, sulit dikendalikan, dan kurang cengkeraman. Ia menyatakan bahwa balapan ini menjadi pelajaran penting, dan berharap dapat bersenang-senang dalam balapan berikutnya dengan pengaturan yang lebih nyaman.
Ketika membicarakan rival utamanya, Jorge Martin dan Pecco Bagnaia, Marini mengungkapkan keheranannya atas ketangguhan Martin yang kini unggul 22 poin dari Bagnaia. Awalnya, Marini berpikir bahwa posisinya di depan Martin akan memberinya kesempatan mencuri poin. Namun, Martin justru tampil sangat kuat dan konsisten. Ia melihat bahwa Bagnaia, meskipun tidak mengambil risiko besar, tetap menjaga performanya dengan baik. Marini yakin, ketika saat yang tepat tiba, Bagnaia akan menunjukkan taringnya dan siap menyerang untuk mengejar ketertinggalan poin tersebut.

Tak hanya itu, Marini juga memuji kehebatan tim Ducati yang berhasil membawa delapan pebalap mereka berada di posisi terdepan dalam grid. Ia menyadari betapa tangguhnya struktur organisasi Ducati, dari teknisi yang handal hingga kumpulan data yang sangat berguna untuk pengembangan motor. Marini kagum dengan cara mereka membimbing para pebalap muda, yang kini tampak selangkah lebih maju dibandingkan para pesaingnya. Baginya, keunggulan Ducati bukan hanya pada performa, tetapi juga kemampuan mereka beradaptasi dengan tuntutan MotoGP yang terus berkembang.