Home MotoGP Realita Pahit dan Tamparan Keras bagi Yamaha: Tertinggal dari Honda!

    Realita Pahit dan Tamparan Keras bagi Yamaha: Tertinggal dari Honda!

    Alex Rins - Fabio Quartararo
    Alex Rins - Fabio Quartararo

    RiderTua.com – Akhir pekan MotoGP di Motegi memberikan tamparan keras bagi Yamaha. Kegagalan besar menghantui tim mereka, sementara frustrasi Fabio Quartararo dan Alex Rins semakin memuncak. Setelah sedikit harapan muncul dari kemajuan Yamaha di Misano dan Mandalika, GP Jepang kembali menjadi mimpi buruk. Fabio Quartararo, mantan juara dunia, hanya mampu finis di posisi ke-12 pada sprint dan balapan utama, tertinggal lebih dari 32 detik. Rekan setimnya, Alex Rins, bahkan lebih buruk, menyelesaikan di posisi ke-16 tanpa perolehan poin. Ban yang sudah aus menjadi musuh utama, membuat Yamaha M1 sulit dijinakkan, terutama oleh Rins.

    GP Jepang 2024 memberikan gambaran jelas tentang krisis yang sedang dihadapi Yamaha. Meski sempat memberikan harapan di beberapa seri sebelumnya, performa mereka di Motegi menunjukkan betapa jauh mereka tertinggal dari rival mereka. Dengan frustrasi yang terus meningkat di antara pembalapnya, terutama Fabio Quartararo dan Alex Rins, Yamaha harus segera menemukan solusi jika mereka ingin kembali ke persaingan puncak MotoGP.

    Realita Pahit Yamaha: Tertinggal dari Honda?

    Fabio Quartararo - Yamaha
    Fabio Quartararo – Yamaha

    Quartararo: Frustrasi Tanpa Akhir

    Quartararo mengakui situasi Yamaha di Motegi sebagai “bencana”. Motornya tampak terlalu sensitif terhadap karakteristik lintasan balap, dan ia secara terang-terangan menyebut ketidakmampuannya mengimbangi Ducati dan KTM. “Kami sudah tahu masalah cengkeraman ini, bahkan jika dibandingkan dengan Honda, mereka jauh lebih baik dari kami. Tapi saya tidak menyangka akan tertinggal sejauh ini,” ujarnya dengan kesal.

    Frustrasinya bertambah ketika ia merasa bahwa bannya tak lagi mampu bertahan setelah hanya beberapa putaran. “Sepertinya kami kehabisan ban jauh lebih awal dari yang seharusnya. Ini sangat sulit dipahami,” katanya.

    Fabio Quartararo
    Fabio Quartararo

    Yamaha M1: Tantangan Fisik dan Mental.. melelahkan

    Tidak hanya masalah ban, Quartararo juga mengeluhkan betapa melelahkannya mengendarai Yamaha M1. “Saya merasa benar-benar habis. Lengan saya sudah kelelahan setengah balapan. Setiap bagian tubuh saya sakit,” jelasnya. “Begitu cengkeraman hilang, motor ini tak bisa lagi diajak bekerja sama. Pengereman jadi sangat sulit, saya harus memacu motor dengan sangat keras.”

    Quartararo juga menumpahkan kekecewaannya terkait masalah bahan bakar. Untuk kedua kalinya dalam tiga balapan, ia harus kehabisan bahan bakar di lintasan. “Ini benar-benar tidak bisa diterima. Saya tidak tahu apa yang kami lakukan, tapi ini sangat mengecewakan.”

    Alex Rins
    Alex Rins

    Rins: Yamaha M1 Terlalu Liar untuk Dijinakkan

    Alex Rins juga mengalami akhir pekan yang berat. Kembali gagal meraih poin di Motegi, Rins merasa Yamaha M1 terlalu sulit dikendalikan. “Saya benar-benar hancur. Mengendarai motor ini seperti mencoba menahan kuda liar. Di awal balapan, rasanya masih cukup baik, tetapi sepuluh lap sebelum akhir, ban benar-benar habis dan saya hampir tidak bisa mengendalikan motor,” katanya.

    Dengan frustrasi yang sama seperti Quartararo, Rins juga menyoroti betapa buruknya performa Yamaha di bawah tekanan. “Roda belakang terus tergelincir (selip), bahkan saat akselerasi di posisi tegak. Ban belakang kami benar-benar rusak di bagian tengah.”

    Yamaha Butuh Revolusi Mesin?

    Performa buruk Yamaha di Motegi memperkuat spekulasi bahwa tim ini sangat membutuhkan motor dengan mesin V4, seperti yang digunakan oleh Ducati dan Honda. Namun, Rins pesimistis hal tersebut bisa segera terwujud. “Kami mungkin tidak akan melihat V4 hingga pertengahan musim depan.. Tapi kami harus menemukan sesuatu sebelum itu,” ujarnya..

    Menariknya, bahkan Honda RC213V yang sering dikritik tampil lebih kompetitif di Motegi. Rins merasakan perbedaan ini ketika ia disalip oleh Luca Marini dari tim Honda, dan ia sama sekali tak mampu mengejar. “Ketika Marini menyalip saya, itu sudah berakhir. Saya tak bisa lagi mengikuti. Inilah kenyataannya, kenyataan pahit,” kata Rins dengan nada getir.

    TINGGALKAN BALASAN

    Silakan masukkan komentar Anda!
    Silakan masukkan nama Anda di sini