RiderTua.com – Pecco Bagnaia berkomentar saat dikatakan mirip dengan duel Rossi – Lorenzo saat ini dalam perebutan gelar dengan Martinator.. Menurutnya Rossi-Lorenzo lebih sedikit melakukan kesalahan saat balapan, dan lebih banyak kemenangan, katanya.. Francesco “Pecco” Bagnaia kembali bersinar di ajang MotoGP, mencatat kemenangan spektakuler di GP Jepang yang tidak hanya memperkokoh posisinya di klasemen, tetapi juga membawanya ke dalam daftar elite pebalap yang telah mengumpulkan setidaknya delapan kemenangan dalam satu musim. Dengan prestasi ini, Bagnaia bergabung bersama legenda-legenda MotoGP seperti Valentino Rossi, Casey Stoner, Jorge Lorenzo, dan Marc Marquez. Tak heran jika nama Bagnaia kini semakin diperhitungkan dalam perebutan gelar juara dunia.
Pecco Bagnaia, Pertarungan Gelar dengan Martin Mirip Rossi-Lorenzo?

Kemenangan di Motegi juga memangkas jaraknya dengan rival utama, Jorge Martin, menjadi hanya 10 poin—sebuah selisih yang sangat tipis mengingat ketatnya persaingan di sisa musim ini.
Pecco dan Tantangan di Motegi
Dalam wawancara dengan Sky Sport MotoGP, Bagnaia mengungkapkan betapa rumitnya balapan di Motegi. “Balapan ini sangat cepat. Di putaran terakhir, saya mengalami kesulitan mengerem dan tidak bisa menghentikan motor dengan sempurna. Saya harus mengubah strategi masuk tikungan dan mengatur peta mesin. Meskipun sempat kesulitan di awal, saya berhasil memperlebar jarak di putaran akhir. Ketika melihat celah yang cukup besar, saya mulai merasa lebih tenang. Ini adalah akhir pekan yang sempurna, dan kami berhasil mengumpulkan poin maksimal. Kami harus terus menjaga momentum ini,” jelas Pecco.
Meski balapan tidak penuh dengan aksi salip-menyalip, manajemen kecepatan dan strategi memainkan peran penting. Bagnaia menjelaskan bahwa ketika bersaing di lintasan dengan kecepatan tinggi, penting untuk menghindari kesalahan sekecil apapun. “Saat Anda bertarung, kecepatan sedikit melambat, dan ada peluang lebih besar untuk membuat kesalahan. Namun, jika Anda lebih cepat dari lawan di depan, pertarungan menjadi lebih mudah. Tetapi jika kecepatan sama, mendekat menjadi sangat sulit,” tambahnya.
Rekan setim Enea Bastianini itu juga mencatat betapa menantangnya mempertahankan pace tinggi selama balapan, mengingat tahun 2023 balapan di Motegi diguyur hujan. “Berkendara di 1:44 sepanjang balapan dalam kondisi kering seperti ini benar-benar gila. Kecepatan itu luar biasa,” tambahnya dengan rasa puas.
Pecco vs Martin: Persaingan ala Rossi-Lorenzo?
Dalam konferensi pers pasca-balapan, beberapa media membandingkan persaingan Bagnaia-Martin dengan era Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo di Yamaha. Saat keduanya bergantian memimpin, seperti halnya sekarang Bagnaia dan Martin. Bagnaia setuju bahwa persaingan tahun ini sangat intens. “Seperti Rossi dan Lorenzo dulu, kami juga membuat lebih sedikit kesalahan dan selalu ada di depan. Selisih 10 poin mungkin tampak kecil, tetapi dalam persaingan ketat ini, selisih itu sangat berarti. Kami harus terus bekerja keras untuk tetap konsisten. Akhir pekan ini kami sangat kuat, meskipun ada kendala kecil di kualifikasi, semuanya berjalan sempurna,” jelas Bagnaia.

Tantangan Teknikal: Pengereman dan Ban
Tekanan dalam balapan di Motegi tidak hanya datang dari rivalitas, tetapi juga dari tantangan teknis. Bagnaia mengungkapkan bahwa dia mengalami beberapa masalah dengan pengereman selama balapan. “Kami mengerem semakin keras, tapi kecepatan 355 km/jam rasanya masih belum cukup. Di beberapa tikungan, tuas rem semakin mendekat, dan saya harus sering menyesuaikannya. Di tikungan lain, saya kesulitan menahan roda belakang, jadi saya harus mengandalkan ban depan untuk menghentikan motor,” ujar Bagnaia, menekankan pentingnya adaptasi teknis di tengah balapan yang cepat.
Bagnaia juga menyebut bahwa kondisi ban menjadi salah satu tantangan tersendiri, terutama di putaran terakhir. “Ban depan mulai bermasalah, jadi saya harus mengubah pendekatan dalam mengerem di beberapa titik. Terutama di tikungan 5 dan 11, saya kesulitan untuk tetap di jalur. Namun, pada akhirnya konsistensi dalam balapan ini berbuah manis. Ketika saya unggul satu setengah detik dari Martin, saya bisa memastikan bahwa mereka yang berada di belakang harus menekan ban mereka lebih keras, yang pada akhirnya membuat ban mereka semakin cepat aus,” tuturnya.