RiderTua.com – Di awal balapan hari Minggu di Misano kedua, dengan gerakan yang elegan dan berani di jalur luar, Pecco Bagnaia berhasil memimpin dengan target mengamankan kemenangan Ducati ke-100 dan memimpin klasemen dalam balapan MotoGP ke-100-nya. Namun sayangnya rencana besar itu gagal total. Dengan 8 lap tersisa, sang juara bertahan tersingkir dari balapan ketika berada di posisi ke-3.
Sejak awal, Bagnaia mengalami tiga situasi berbahaya. Rider pabrikan Ducati itu senang karena dia selamat dari lap pertama tanpa crash. “Saya mengalami selip pertama di tikungan terakhir lap pemanasan. Berikutnya selip roda belakang terjadi pada lap pertama di tikungan ke-14, selip roda depan pertama di tikungan ke-14. Feeling itu mirip ketika tahun lalu saya crash di Barcelona, tetapi untungnya lintasan di Misano memiliki cengkeraman yang jauh lebih baik. Itu sangat aneh. Meskipun saya sudah berusaha sekuat tenaga, awalnya saya terjebak pada waktu 1:31 menit,” ungkap rider asal Turin Italia itu.
Pecco Bagnaia : Benar-benar Aneh, Saya Tidak Agresif

Namun kemudian, bagi Pecco semuanya mulai berjalan dengan tidak kalah anehnya. “Saya sudah tertinggal jauh dan tiba-tiba saya membalap seperti biasa. Waktu berkurang, hampir 1 detik,” ujar Pecco tak mengerti dengan apa yang dialaminya.
Meski begitu, Pecco berhasil mencetak rekor fastest lap baru dengan waktu 1:30,8 menit. Sejauh ini murid Valentino Rossi itu merupakan pembalap tercepat di antara para pembalap. Baik pemenang Bastianini maupun Martin bahkan tidak berhasil mencapai waktu di bawah 1:31 menit.
Francesco Bagnaia crash dalam situasi yang sebenarnya tidak kritis. Bagnaia dan timnya berhasil menganalisis crash itu secara terperinci. “Itu benar-benar aneh. Roda depan selip pada sudut kemiringan lebih dari 20 derajat, secara tiba-tiba. Gila jika dibandingkan dengan lap tercepat saya, titik pengereman saya 18 meter lebih awal dan saya tidak agresif,” jelas rider berusia 27 tahun itu.
Pecco Bagnaia merasa frustrasi dengan fenomena ini, dimana dia tidak diketahui penyebabnya. “Situasinya sangat spesial. Saya belum pernah mendengar seorang pembalap melaporkan bahwa ban yang tidak bekerja optimal, tiba-tiba menjadi sempurna setelah 15 lap. Kami tidak bisa memahaminya dan saya yakin Michelin juga tidak tahu jawabannya. Yang dapat saya katakan adalah, kami memiliki tekanan udara dan suhu yang sempurna. Itu adalah masalah besar karena juga mengganggu keseimbangan di klasemen,” ungkap rekan setim Enea Bastianini itu.
Pecco menambahkan, “Kami sudah sangat siap sebagai tim, dan saya juga bisa mengatakan hal yang sama tentang diri sendiri. Saya juga dalam kondisi fisik yang prima dan siap menghadapi segalanya. Namun hari ini kami tidak bisa mengendalikannya, kami tidak berdaya dalam situasi tersebut. Itu bukan feeling yang baik. Jika kita menambahkan dua insiden di Misano, kami hanya kehilangan 5 poin. Tetapi pada akhirnya itu sangat menyebalkan karena kami kehilangan kesempatan besar untuk naik podium.”
Pecco Bagnaia tidak menunjukkan emosi apa pun ketika ditanya tentang situasi balapan yang menentukan antara Bastianini dan Jorge Martin. “Jujur, saya melihat situasi di lap terakhir sebagai manuver normal. Juga fakta bahwa menyalip di Misano tidak mudah. Selain itu, saya ingat situasi yang sangat mirip ketika Jorge menyalip saya seperti itu di Qatar dan India,” pungkas Bagnaia yang kini memiliki defisit 24 poin dari pemimpin klasemen Jorge Martin.