RiderTua.com – Pada 2019, Fabio Quartararo melakukan debutnya di MotoGP bersama Yamaha di tim Petronas SRT. Kemudian rider Prancis itu dipromosikan ke tim pabrikan dan langsung menyabet gelar dunia pada 2021. Namun dia gagal mempertahankan gelarnya dan hanya mampu menjadi runner-up pada 2022. Performanya merosot tajam pada 2023, dimana El Diablo tidak mampu memenangkan satu balapan pun dan hanya menempati peringkat 10 dalam klasemen. Dan di musim 2024, performanya tak kunjung membaik. Belum meraih podium musim ini dan sempat finis di posisi ke-3 di sprint Jerez tapi dianulir karena Quartararo kena penalti tekanan ban.
Di tengah keterpurukan Yamaha, Quartararo sempat memutuskan untuk meninggalkan pabrikan yang bermarkas di Iwata Jepang itu. Selain itu, dia merupakan ‘tokoh kunci’ di pasar pembalap 2025 dimana pembalap berusia 25 tahun itu secara serius mempertimbangkan tawaran dari Aprilia. Tapi kemudian, Yamaha menawarinya gaji tahunan sebesar 12 juta Euro atau Rp 203 miliar kepadanya. El Diablo pun menyetujui tawaran tersebut dan menandatangani kontrak berdurasi 2 tahun. Kini dia merupakan pembalap dengan gaji paling tinggi di grid MotoGP bahkan juara dunia dua kali berturut-turut Pecco Bagnaia masih kalah jauh darinya.
Fabio Quartararo : 4 Tahun Bersaing untuk Gelar Dunia Tapi 1 Tahun Hanya Berada di Peringkat 10 dalam Klasemen, Itu Aneh!
Dalam sebuah wawancara YouTube, Fabio Quartararo mengungkapkan, “Yamaha adalah tim legendaris. Mimpiku ketika saya masih kecil adalah pergi ke sana, karena Valentino Rossi ada di sana. Saya siap meninggalkan merek ini, meskipun itu adalah tim impian saya. Saya merasa siap untuk pergi. Dan Yamaha membuat beberapa perubahan yang sangat besar. Mereka telah membuat investasi besar dalam proyek tersebut dengan merekrut banyak teknisi baru.”

“Bahkan untuk Yamaha, tidak baik untuk tertinggal jauh di pasarnya. Sayangnya, kita tidak dapat kembali ke puncak dalam beberapa minggu atau bulan, menurutku akan makan waktu bertahun-tahun. Itulah yang membuat saya mengambil keputusan untuk bertahan di Yamaha dan berbicara dengan teknisi yang berasal dari merek lain yang mengerjakan proyek yang sangat besar. Itulah yang membuat saya mengambil langkah untuk memperbarui kontrak dengan Yamaha selama 2 tahun ke depan,” imbuh rekan setim Alex Rins itu.
Kedatangan Max Bartolini dari Ducati sebagai direktur teknis yang baru di Yamaha menjadi faktor utama yang membuat Quartararo tetap bertahan di Yamaha. Selama musim 2024, Yamaha telah memanfaatkan keuntungan konsesinya untuk melakukan berbagai tes di tengah musim dan memperkenalkan sejumlah part baru, menjauh dari pendekatan yang lebih hati-hati yang telah dilakukan sebelumnya.
Kini hal ini tambah meluas, hingga Yamaha diperkirakan akan membuang filosofi mesin 4-silinder in-line dan beralih ke mesin V4 pada 2025. Kemajuan Yamaha pada 2024 terbilang lambat, dan Quartararo mengakui bahwa penurunan performa pabrikan asal Jepang tersebut sejak 2022 berdampak buruk padanya.

El Diablo menjelaskan, “Saya mengalami masalah dengan motor dan juga mental. Pada akhirnya, ketika kita menghabiskan 4 tahun berjuang untuk gelar dunia dan 1 tahun kita hanya menempati peringkat 10, itu aneh! Hal itu bahkan membuat kita meragukan diri sendiri dan berpikir, ‘apakah ini saya, apa yang terjadi?’ Dalam 2 tahun terakhir, kami sama sekali tidak mengalami peningkatan sementara yang lain telah membuat langkah maju yang besar.
“Saat ini kami masih tertinggal. Tetapi menurutku saya telah belajar banyak untuk selalu tetap tenang dan yang terpenting berusaha membuat motor berevolusi dengan cara sebaik mungkin. Tetapi memang benar bahwa secara mental itu tidak mudah,” pungkas Juara dunia MotoGP 2021 itu.