RiderTua.com – Kebangkitan Pecco Bagnaia dimulai di GP Aragon pada 2021. Saat itu rider pabrikan Ducati itu merayakan kemenangan MotoGP pertamanya di sana dan setelah itu performanya meningkat pesat. “Kemenangan itu banyak merubah segalanya karena setelah itu saya tahu bahwa saya punya potensi untuk menang,” ungkap rider berusia 27 tahun itu.
3 tahun kemudian, sebagai juara dunia MotoGP dua kali Francesco Bagnaia kembali ke trek yang sangat bersejarah baginya dengan membukukan 25 kemenangan di kelas utama. “Saya senang balapan di sini karena saya menyukai trek ini. Lay outnya fantastis, perpaduan segalanya. Di sini kami bisa menikmati motor kami, karena dua balapan terakhir disini, karakter trek sangat cocok dengan kami,” ujar Bagnaia.
Pecco Bagnaia : Perbedaan dengan Musim 2021, Sekarang Saya Tahu Cara untuk Menang
Pecco Bagnaia menambahkan, “Kami punya potensi bagus. Tapi kami tahu Marc (Marquez) sangat cepat di trek ini, begitu pula Jorge (Martin). Enea (Bastianini) menang terakhir kali, saya menang pada 2021, bahkan Marc enam kali menang di sini. Ini akan menjadi pertarungan yang menyenangkan dan saya ingin menikmati cuaca dan aspal baru.”
Aragon dikenal dengan balapan jarak dekat. Apakah Bagnaia memperkirakan ini akan menjadi salah satu balapan akhir pekan terberat musim ini? “Kita lihat saja nanti. Selalu sulit mendapatkan celah di trek ini dan pertarungannya selalu fantastis dengan semua tikungannya,” jawab murid VR46 Riders Academy itu.

Pada 2021, Bagnaia harus berusaha keras untuk meraih kemenangan pertamanya di MotoGP. Saat itu dia duel sengit melawan Marc Marquez. Di garis finis, keduanya terpaut 0,673 detik. Akankah Bagnaia menjadi agresif pada akhir pekan ini seperti sebelumnya? “Mental saya tidak berubah, saya ingin menang. Perbedaannya dengan kemenangan pertama saya adalah, sekarang saya tahu cara untuk menang. Ketika saya mengenang kembali ke tahun 2021, saya akan mengelola gap dengan lebih baik dan membuka gap yang lebih besar. Namun pertarungannya mungkin sama tahun ini dan hasil yang sama pada race hari Minggu akan menjadi luar biasa,” ujar suami Domizia Castagnini itu.
Di musim 2022, rekan setimnya saat ini Enea Bastianini yang saat itu masih membela Gresini Ducati berhasil mengalahkan Bagnaia dengan selisih tipis 0,042 detik.
Saat ini Francesco Bagnaia memimpin klasemen dengan 275 poin atau unggul 5 poin dari Jorge Martin (Pramac Ducati). Dominasi Ducati di MotoGP saat ini sangat luar biasa dan membuat frustasi pabrikan lain. Meskipun saat ini Desmosedici merupakan motor terbaik di lintasan MotoGP, peningkatan apa lagi yang diinginkan Bagnaia? “Pertama, tidak mungkin memiliki motor yang sempurna. Ini adalah kombinasi dari banyak hal yang sangat sulit untuk dicapai. Namun yang sedikit kami lewatkan saat ini adalah traksi dalam beberapa situasi dibandingkan dulu. Saya juga memberi masukan ini kepada para insinyur,” jawab rider asal Turin yang saat ini tinggal di Pesaro Italia itu.
Karakteristik Ducati pun berubah, yang tadinya hanya fokus meningkatkan top speed kini cornering speed Desmosedici juga begitu kencang. Kapan hal itu berubah? “Saat para insinyur memahami bahwa Ducati harus cocok untuk gaya balap yang berbeda. Saat itu tahun 2020. Dulu saya mengalami masalah terbesar pada pengereman karena saya tidak bisa melakukan apa yang saya inginkan dengan engine brake. Pada tahun 2020 mereka mulai mengadaptasi engine brake untuk semua pembalap,” jawab adik Carola Bagnaia itu (asisten pribadinya).
“Kemudian kami meningkatkan performa kami secara drastis, karena saya menggunakan engine brake benar-benar berlawanan dengan (Andrea) Dovizioso yang menjadi acuan saat itu. Setelah itu kami memiliki motor yang mudah berbelok dan memungkinkan cornering speed yang tinggi. Hal yang baik tentang motor kami adalah dapat disesuaikan dengan banyak gaya balap. Kami tidak memiliki satu set-up dan satu penyesuaian untuk engine brake, setiap pembalap membutuhkan hal yang berbeda,” pungkas Bagnaia.