RiderTua.com – Joan Mir hanya mampu finis ke-19 dalam sprint race dan menyelesaikan balapan utama di posisi ke-17 di GP Austria. Namun hasil buruk tersebut tidak ada hubungannya dengan trek di Styria tersebut. Bahkan dia dianggap sebagai penggemar sejati Red Bull Ring karena di sinilah pembalap berusia 26 tahun itu meraih kemenangan balap pertamanya di Leopard Racing KTM Moto3 pada 2016.
Saat ini, Juara Dunia MotoGP 2020 itu tidak punya pilihan selain berusaha untuk bisa mengimbanginya. Namun hal ini bisa menjadi lebih buruk lagi, seperti pada 2023 ketika Joan Mir crash di salah satu trek favoritnya ini. “Saat ini kami berada dalam program yang sangat intensif. Kami sedang mengungkap masalah dan sangat penting untuk mendapatkan pengetahuan sebanyak mungkin. Itu sebabnya saya sangat ingin menyelesaikan balapan dengan bersih dan kami berhasil melakukannya,” ungkap pembalap Repsol Honda itu.
Joan Mir : Saya Sangat Ingin Menyelesaikan Balapan dengan Bersih dan Berhasil
Joan Mir melanjutkan, “Motor ini adalah tantangan nyata untuk dikendarai. Jujur, sangat sulit untuk mengendarai motor dengan tepat, terutama karena getaran besar yang dialami motor spek terbaru. Selain itu sulit untuk mengendalikan mesin. Ada situasi di mana cengkeraman di bagian belakang sudah hilang bahkan sebelum saya membuka throttle dan ketika kita mulai berakselerasi, kita terus mengalami slide, yang tidak baik untuk ban.”
Namun faktanya, meski terdapat masalah besar pada kelancaran balapan, Honda RC213V yang dikendarai Mir tidak mengalami kekurangan tenaga. Bahkan dia berada di peringkat teratas dalam daftar top speed, di depan Ducati GP24 milik Jorge Martin dan motor pengembangan RC16 milik Pol Espargaro.

Namun kecepatan Mir semakin melambat karena masalah khusus berupa roda depan yang terkunci di Red Bull Ring. Sejumlah pembalap juga mengeluhkan fenomena kompleks tersebut. Pedro Acosta merasakan hal yang paling parah, tiga kali crash pada hari Jumat dengan ban depannya terkunci pada kecepatan sekitar 270 km/jam.
Mir menjelaskan, “Roda depan yang stasioner merupakan hal yang normal bagi kami, namun di sini kembali menjadi sangat intens. Jika kami berhasil menjaga motor tetap lurus dan stabil, maka hal tersebut dapat dikendalikan. Namun saya juga tidak menikmati sliding pada kecepatan lebih dari 200 km/jam. Tapi itu menjadi berbahaya ketika sudut kemiringan sedikit bertambah. Di Spielberg, sangat sulit sebelum tikungan S (chicane), karena pengereman penuh dilakukan pada sudut miring ke kiri dan kemudian kita harus berbelok ke kanan.”
Pada lap tercepatnya, Mir lebih lambat 1,2 detik dari pemenang GP Austria Pecco Bagnaia (Ducati). Bahkan Mir finis di belakang rekan semereknya Taka Nakagami (LCR) yang berhasil mencetak 2 poin dari Austria (finis ke-14). Pembalap asal Mallorca Spanyol itu finis di posisi ke-17 kalah lebih dari 40 detik dari Bagnaia. Dia menyentuh garis finis di tengah-tengah antara duo pembalap Yamaha Alex Rins dan Fabio Quartararo.
Sebagai informasi, Honda akan melanjutkan tes maraton dengan seluruh pembalapnya di Misano bersama rivalnya Yamaha.