RiderTua.com – Menjelang GP Italia awal Juni lalu, Jorge Martin unggul 38 poin di klasemen atas juara bertahan Pecco Bagnaia setelah memenangkan dua balapan utama dan tiga sprint. Oleh karenanya, manajemen Ducati merasa sudah waktunya untuk memberikan Martin atas apa yang telah dia perjuangkan dengan susah payah.
Martin hampir mendapatkan promosi pabrikan pada akhir tahun 2023, dimana Ducati menetapkan bahwa dia akan mendapatkan promosi otomatis pada 2024 jika rider Spanyol itu memenangkan gelar. Tapi hal itu tidak terjadi, karena Martin kalah dari Bagnaia pada balapan terakhir di Valencia. Kemudian Enea Bastianini didapuk menjadi rekan setim Bagnaia untuk 2 tahun kedepan. Dan pada akhir musim itu, Martin sudah merasa bahwa tidak ada lagi yang bisa dia lakukan untuk meyakinkan Ducati.
Jorge Martin Merasa Sendirian dalam Perebutan Gelar MotoGP 2024
Usai balapan final di Valencia, Jorge Martin mengatakan, “Jujur, menurutku saya belum menunjukkan potensiku agar saya bisa mengenakan seragam merah. Saya tidak akan pernah mengenakan seragam merah karena menghasilkan lebih dari ini cukup sulit. Dan memasuki balapan terakhir, finis kedua, menurutku jika mereka tidak menempatkan saya di sana, mereka juga tidak akan menempatkan saya di sana.”

Sekarang memasuki paruh kedua musim 2024, pernyataan Martin kala itu seperti ramalan yang benar-benar menjadi kenyataan.
Kedatangan Marc Marquez ke Ducati pada 2024 menjadi hambatan bagi Martin. Penampilannya di awal musim dengan GP23 sangat kuat, dua podium di balapan utama dan tiga podium di sprint race sebelum Mugello. Tetapi performa Martin benar-benar tidak bisa diabaikan. Rencana awal Ducati, Martin akan ditempatkan sebagai rekan setim Bagnaia di tim pabrikan, sementara Marquez ditempatkan di Pramac dengan motor spek pabrikan terbaru. Namun Baby Alien secara blak-blakan menolak motor pabrikan di Pramac.
Yang mengejutkan CEO Ducati Claudio Domenicalli mengatakan bahwa Marquez, sebagaimana seharusnya pembalap sekelasnya, secara adil memegang semua kendali dan menjelaskan kepada pabrikan Italia itu bahwa mereka tidak bisa mengambil risiko kehilangan dia. Bahkan jika itu berarti kehilangan Martin dan Pramac sebagai dampak buruknya.
Kepindahan Martin ke Aprilia untuk tahun depan, kini membawa isu bahwa Ducati kemungkinan akan mengurangi dukungannya kepada pembalap berusia 26 tahun itu untuk menghentikan kemungkinan RS-GP membawa nomor #1 milik pembalapnya yang terbuang.
Meskipun dihadapan publik Ducati mengatakan sebaliknya, Martin mengatakan kepada media pada saat event World Ducati Week bahwa musim ini dia dan Pramac sekarang lebih ‘sendirian’ dibandingkan sebelumnya. Sekarang dia hanya perlu memaksimalkan performanya dalam 10 balapan terakhir musim ini.
Sebelum awal tahun, Martin pernah mengatakan bahwa jika dia bisa mengalahkan Marc Marquez dengan motor yang sama, dia bisa dianggap sebagai salah satu pembalap terbaik yang pernah ada. Saat ini, Martin unggul 62 poin dari Marquez pada pertengahan musim, meskipun perlu diperhatikan bahwa dia tidak menggunakan motor yang sama dengan Marquez dan memiliki keunggulan dalam hal tersebut.
Terlepas dari itu, mengakhiri musim dengan unggul atas Marquez dalam kapasitas apa pun adalah sesuatu yang bisa dia gunakan sebagai ‘amunisi’ untuk melawan Ducati. Martin pasti akan mengatakan, ‘lihat betapa bagusnya saya dan lihat betapa lebih baik saya ketimbang orang yang menggantikan saya’. Dan kata-kata itu akan menyakiti Ducati. Dan tidak banyak yang bisa mereka lakukan untuk mempertahankan hal tersebut.

Dengan mempertimbangkan hasil 1,5 tahun terakhir, Martin berhasil memenangkan 13 sprint dan 6 balapan utama. Dari 30 seri sejak GP Portugal tahun lalu, rata-rata poin per putaran Martin mencapai 22,3 dari total 669 poin. Sementara Bagnaia berada di angka 23,5 setelah memenangkan 13 balapan utama, 6 kali menang di sprint, dan dua kali juara dunia dalam kurun waktu yang sama dengan total 705 poin.
Meskipun membandingkannya dengan 30 seri sebelumnya yang dilakukan Marquez tidak sepenuhnya mewakili tipe pembalap yang kita tahu mampu, berdasarkan performa terkini Ducati, tidak banyak yang bisa dipertahankan ketika melihat torehan hasil yang dicetak Martin melawan Bagnaia.
Pembalap adalah makhluk yang sangat egois dan membalap dengan kemampuan terbaiknya tanpa mendapatkan apa yang kita rasa pantas kita dapatkan adalah tindakan yang cerdas. Hal ini terutama karena saat secara resmi kita dianggap tidak cukup layak untuk tinggal di suatu tempat, hal ini mengubah persepsi masyarakat umum. Itu adalah sesuatu yang harus dilawan Martin selama sisa tahun ini dan itu akan membuat kesalahan apa pun yang dia lakukan menjadi fokus lebih lanjut.
Namun secara mental, dia terbukti tangguh. Martin kehilangan keunggulan di GP Jerman karena crash sehingga Bagnaia mengambil alih puncak klasemen. Namun dia bangkit kembali dengan selisih beberapa detik di Silverstone, saat rider asal Italia itu tersingkir dari sprint dan kesulitan untuk bisa finis di posisi ke-3 di balapan utama.