RiderTua.com – Mobil hybrid sebenarnya lebih populer di pasarnya jika dibandingkan dengan mobil listrik di Indonesia. Harganya yang terjangkau serta perawatannya yang mudah membuatnya laris terjual di pasarnya, dan dapat terjual lebih dari 20 ribu unit selama setahun. Namun tidak seperti mobil listrik, mobil hybrid tidak mendapatkan insentif. Bahkan beberapa kali rencana untuk menerapkan insentif ini selalu dibatalkan karena serangkaian alasan.
Mobil Hybrid Tidak Mendapat Insentif Seperti Mobil Listrik
Mungkin untuk mobil listrik, penjualannya sudah cukup bagus jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Bahkan dengan makin banyaknya model yang dijual di pasar, mobil hybrid masih memiliki dominasi cukup kuat dengan hasil penjualan yang tinggi. Jika mobil BEV hanya dapat terjual sekitar 10 ribu unit, mobil HEV bisa terjual lebih dari itu, bahkan bisa mencapai 50 ribu unit selama setahun.
Sebenarnya ini terjadi tanpa adanya insentif untuk mobil hibrida, dan itu mungkin menjadi sesuatu yang cukup mengesankan. Tetap saja, dengan kondisi pasarnya yang kurang kondusif, pemberian insentif masih harus dilakukan agar dapat meningkatkan penjualannya. Serta dapat mempercepat elektrifikasi mobil mengingat HEV tetap digolongkan sebagai mobil ramah lingkungan.
Kurang Ramah Lingkungan?
Walaupun digolongkan sebagai mobil jenis tersebut, mobil hybrid tidak mendapatkan insentif karena dianggap masih bisa mengeluarkan emisi karbon. Tapi jika dibandingkan dengan mobil konvensional, emisi yang dihasilkannya jauh lebih sedikit, apalagi dapat menghemat konsumsi bahan bakar. Tidak heran mengapa model HEV banyak terjual di Indonesia, terutama model yang dibanderol dengan harga terjangkau.
Bahkan tanpa adanya insentif sekalipun, penjualannya akan terus mengungguli mobil listrik. Memang mobil BEV lebih ramah lingkungan, tapi jika belum didukung dengan infrastruktur pendukung serta harga bekasnya yang stabil, cukup sulit untuk mobil jenis ini untuk mengungguli penjualan model HEV.
