RiderTua.com – Sejauh ini Hyundai cukup sukses dalam menjual mobil listriknya di Indonesia. Model seperti Ioniq 5 mampu menjadi model BEV terlaris sepanjang tahun lalu, sementara Ioniq 6 dapat terjual ratusan unit di periode yang sama. Kalau diperhatikan, kedua mobil Hyundai tersebut masih mengandalkan baterai nikel. Mereka tidak punya rencana untuk beralih ke jenis baterai lainnya.
Hyundai Memakai Baterai Nikel Untuk Mobil Listriknya
Belakangan ini makin banyak produsen yang tertarik untuk memakaikan baterai LFP (lithium ferro-phosphate) untuk mobil listriknya. Jelas karena baterai jenis ini terbukti lebih ‘tahan banting’ jika dibandingkan dengan baterai nikel. BYD menjadi merek mobil BEV yang cukup terkenal dalam memperkenalkan baterai LFP di pasar global.
Tentunya karena sudah terbukti ketangguhannya, beberapa produsen seperti Tesla hingga Chery mulai memakai baterai tersebut. Meskipun begitu, masih ada merek lainnya yang bertahan dengan baterai nikel, Hyundai salah satunya. Mereka menyebut baterai nikel memiliki jarak tempuh lebih baik jika dibandingkan dengan baterai jenis lainnya.

Masih Tidak Aman?
Memang baterai nikel memiliki jarak tempuh yang cukup jauh, namun soal ketahanan ketika baterai rusak akibat tabrakan atau semacamnya sudah beda cerita. Dari pengetesan yang dilakukan, baterai nikel sulit untuk dipadamkan karena bahan nikel-kobalt yang dapat menghasilkan oksigen saat sel baterai mengalami korsleting internal. Tentu ini juga membahayakan jika mobil mengalami tabrakan dan beberapa serpihan mobil dapat merusak baterainya.
Tapi bukan berarti baterai LFP tidak memiliki kekurangan apapun. Diketahui baterai jenis ini memiliki kepadatan energi lebih rendah, dan tentunya produsen harus merancang baterai yang berukuran lebih besar dan lebih berat. Jelas ini dapat mempengaruhi berat mobil, bahkan termasuk harga jualnya.
Teknologi baterai akan terus berkembang dalam beberapa tahun ke depan. Produsen juga masih mencari solusi untuk menghasilkan baterai yang lebih efisien dan aman dipakai.