RiderTua.com – Stefan Bradl start dari posisi ke-21, tetapi prospek rider Respol Honda itu meningkat karena banyak rivalnya yang crash. Jorge Martin, Aleix Espargaro dan Alex Marquez crash di lap pertama, kemudian Bradl naik di posisi ke-17. Lalu Jack Miller, Raul Fernandez, Pecco Bagnaia, Takaaki Nakagami dan rekan setimnya Joan Mir juga crash saat balapan berlangsung. Bradl menempati posisi ke-11 ketika dia sendiri tergelincir dengan dua lap tersisa.
“Crash di lap kedua terakhir, sulit saya terima, terutama karena saya tidak mengetahui adanya kesalahan,” ungkap pembalap berusia 33 tahun itu, yang sebenarnya mampu mencetak poin untuk tim Repsol Honda dan tidak punya alasan untuk mengambil risiko.
Stefan Bradl : Crash Tanpa Peringatan
“Itu adalah crash yang tidak berbahaya di tikungan 13, crash yang tidak membuat saya sakit. Kami melihat data di komputer, tetapi tidak jelas mengapa roda depan saya selip. Saya berada di jalur yang sama seperti di semua lap sebelumnya dan tidak melaju lebih cepat. Itulah mengapa crash ini sangat tidak bisa dimengerti oleh saya. Sungguh mengecewakan, saya baik-baik saja,” jelas Stefan Bradl.
Ada banyak dugaan, juga karena ban tidak menunjukkan keausan yang berlebihan. “Pada hari Sabtu kami membuat perubahan kecil pada set-up, yang memiliki efek positif, dan itu juga bukan alasan untuk crash. Saya bagus dalam mengerem dan mampu mengimbangi Fabio Di Giannantonio dan Augusto Fernandez. Tentu saja rencana saya adalah menyelesaikan balapan. Itu akan menyenangkan. Tapi hidup terus berjalan,” ujar rider berusia 33 tahun itu.
Bradl memperhatikan bahwa, banyak pembalap yang juga crash secara relatif tidak mencolok, tanpa insiden bak ‘rodeo’ yang membahayakan.
“Dan itulah yang sangat aneh dan membuat saya sedikit kesal. Saya juga crash di FP2 pada hari Jumat, saya mememacu motor seperti biasa, jika saya nge-push pada saat seperti ini dan crash, itu bisa dimengerti. Tapi tidak ada penjelasan yang sesuai untuk crash dalam balapan seperti ini. Untuk mengetahui apa yang terjadi di sana, kita harus mempelajari analisis menyeluruh!” pungkas Stefan Bradl.
