RiderTua.com – Era 3M MotoGP dimulai pada Maret 2016, dimana Marc Marquez telah memenangkan keempat kejuaraan dunia dan 32 dari 73 balapan. Ini bukan kebetulan. Sebagian besar memang berkat bakatnya. Bagaimana pengaruh Michelin dan Magneti Marelli mampu dimaksimalkan di Honda RC213V-nya. Di era 3M : Ada 2 bunglon di MotoGP
Sebelum era 3M ini pembalap dapat mengandalkan motor mereka berperilaku seperti yang mereka harapkan di setiap trek dan dalam segala kondisi. Dimana ECU dibuat oleh pabrikan masing-masing dan Bridgestone sudah mereka pahami.
Ban Michelin mirip sebuah “pertaruhan”, berganti setiap minggu. Kadang-kadang bagus, kadang hilang daya cengkeram di bagian belakang. Apa yang dilakukan Marquez pada balapan hari Minggu adalah menutup semua celah itu yang sering kali dengan siku-nya.
Ketrampilan dan bakat Marquez di era ban Michelin dan elektronik Magneti Marelli adalah: kemampuan menyesuaikan teknik mengendarai dengan kondisi yang berubah, seperti halnya bunglon menyesuaikan warnanya dengan lingkungan yang berubah.
Bahkan bakat ‘bunglon’ Marquez sudah terlihat sebelum Michelin dan Magneti Marelli tiba yaitu di Le Mans pada tahun 2013 saat dia masih menjadi rookie… Marc bertarung untuk pertama kalinya dalam balapan basah. Hanya delapan lap Marquez mampu memahami dan menjadi pembalap tercepat, lebih cepat dari semua bintang MotoGP yang pernah mengendarai motor MotoGP dan ban Bridgestone selama bertahun-tahun.
Itulah sebabnya Marquez sering membuat perbedaan ketika kondisi lintasan paling sulit (biasanya di awal atau di akhir balapan..). Trek berubah karena bekas ban Moto2, Vinales pernah menyalahkan kondisi ini. Namun yang dilakukan Marc bisa dijelaskan dengan:
Ketika balapan kelas MotoGP dimulai, pembalap sering menemukan grip berbeda dengan hasil saat sesi latihan. Bekas ban dari balapan Moto2 telah membuat lintasan licin atau lintasan temperatur berbeda. yang dilakukan Marquez adalah: langsung menyesuaikan racing line-nya. Menyesuaikan bagaimana bukaan throttle yang sesuai dengan kondisi baru dan sebagainya. Sementara pembalap lain membutuhkan 6 putaran untuk beradaptasi, Marquez sudah semakin di depan, karena adaptasi duluan..
Marquez bukan satu-satunya pembalap dalam sejarah yang punya kemampuan ini. Meskipun bakatnya lebih kuat dari apa pun yang pernah kita lihat sebelumnya. Casey Stoner adalah orang itu. Dia memenangkan kejuaraan dengan motor yang tidak bisa dikuasai orang lain.
Sementara ada banyak pembalap yang mengatakan: “Motor perlu disesuaikan dengan pembalap, Stoner lebih suka menyesuaikan pembalap dengan motornya.. ” .. Tidak terlalu sulit untuk mengubah beberapa hal dalam diri kita untuk beradaptasi, katanya.
Fabio Quartararo juga bisa beradaptasi dengan cepat. Beberapa orang mengatakan dia melaju mirip seperti Jorge Lorenzo. Namun ternyata dia terkadang melakukannya, tapi terkadang tidak…!. Ketika ada banyak cengkeraman, dia meluncur melewati tikungan, tetapi ketika cengkeraman tidak ada bahkan dia sangat senang dengan motor yang memantul melintasi pembatas trek dan ‘ngesot’ ke sana kemari.
This post was last modified on 18 Maret 2020 15:21
RiderTua.com - Sebelumnya Daihatsu diketahui melakukan manipulasi tes tabrak terhadap sejumlah mobilnya yang dijual di Jepang. Akibatnya beberapa model seperti…
RiderTua.com - Citroen telah meluncurkan mobil terbaru lainnya di Indonesia, yaitu C3 Aircross. Model SUV ini menjadi model ketiga dalam varian…
RiderTua.com - Tesla masih memimpin penjualan mobil listrik secara global pada kuartal pertama tahun ini. Seharusnya mereka sudah dapat mempertahankan…
RiderTua.com - Honda telah mencatatkan hasil penjualan yang cukup bagus sepanjang Maret lalu. Dengan lebih dari 10 ribu unit mobil…
RiderTua.com - Kemarin Selasa 23/04, MPM Honda Jatim mengadakan acara rolling city bersama skutik premium fashionable mereka yakni New Honda…
RiderTua.com - Citroen akhirnya meluncurkan mobil terbarunya di Indonesia, yaitu C3 Aircross. Mobil SUV ini menjadi varian baru lainnya dari…
Leave a Comment