Untuk pabrikan Honda memang ada beberapa referensi untuk motor berfairing sebagai acuan desainnya….Honda tampaknya lebih yakin dengan mengawinkan sport (CBR)dengan touring bike(VFR).. sehingga desain VFR merasuk dalam tubuh CBR 250nya dimana klan CBR sebenarnya notabene klan sport murni… lain kalau pakai nama VFR,CBF… atau CB yang naked…sebuah strategi kawin silang dua ras menjadi sport touring,memang secara level bisa dibilang “cuma” bersinggungan dengan klan Ninja 250.. beda konsep..walau kesininya di”head-to-headkan” atas dasar full fairing dan kubikasi…lantas kelebihannya apa kalau touring sport.. ? dari konsumen yang disasar lebih luas tentunya dengan kata kunci “touring+sport”…serta pendekatan teknis yang beda dengan “performance bike” terbukti hanya dengan silinder tunggal dan main di torsi…serta berdampak dalam cost/penetapan pricingnya(50jeti-kebawah)…nah hal itu sudah menjadi ‘opsi global’ pabrikan sayap mengepak ini,enggak bisa dibilang salah!!…dan cara pandangnya juga secara global market entah di Indonesia hal ini “diterima” pasar apa tidak hanya waktu yang akan membuktikanya…selain itu pricing akan menemukan konsumennya sendiri-sendiri 😀
Bagaimana dengan pabrikan yamaha…? lain lagi nih… secara ‘design mapping’ gak perlu repot desain…fokoknya 😀
Yamaha sebetulnya mempunyai segudang desain sport yang menawan… bagaimana jika kelas seperempat liter ini di tanah air menjadi ‘ladang subur’ buat pabrikan roda dua..apakah Yamaha akan terjun juga…?.akan bermain di range manakah kira-kira kalau benar-benar terjun…??? karena statusnya masih “abu-abu” untuk kelas full fairing maka wait & see saja…atau ada pendapat lain…???
Suzuki yang bertarung di kelas blue ocean seperempat liter dengan menurunkan varian nakednya tampaknya ‘tahu diri’…harus berani menentukan pilihan jika main di kelas 250cc ini…dan akhirnya jatuh ke opsi Inazuma 250..kiprahnya kita tunggu saja..pun tampaknya masih malu-malu kucing ngaspalnya
Well… kelas seperempat liter memang kelas ‘middle’ baik secara kubikasi maupun harga… sehingga sebetulnya batas level “menengah ” di kisaran 50-an jt di Indonesia adalah wajar… yang jadi masalah mampukah pabrikan meracik motor sport yang kompetitif kualitas bagus dikisaran harga segitu..
Hmmm semoga hal ini akan mendorong pabrikan lain memproduksi dan membuat pabrik di Indonesia… sehingga harga lebih murah lagi dibawah 50 juta kalau bisa…namun kembali ke judul tadi..wani piro or wani pora, untuk membangun pabrik di sini…
Karena untuk merealisasikannya banyak faktor yang harus mendukungnya..seperti kesiapan vendor lokal yang mumpuni untuk support ke industri roda dua tanah air walau’CKD’ … atau pabrikan lokal akan muncul…? tunggu 20 tahun lagiii 😀
“Melihat ketiga varian CBR,Ninja & Inazuma sebetulnya adalah sebuah pilihan semata dan tampaknya bisa juga dibilang ‘berbagi lahan’ entah maunya konsumen kesininya kalau mereka diadu itu hanyalah tuntutan sebuah ‘kompetisi performa’ adanya(mungkin kedepan ketiganya akan “diperkosa” dalam satu sirkuit balap)…dimana secara jualan tak lain ketiganya adalah sebuah tawaran dari ketiga ‘pabrikan samurai’ itu dan konsumen dipersilakan menentukan pilihan sesuai selera,peruntukan serta kemampuan daya belinya…bagaimana kalau budget gak nyampai…yah minimal jadikan mongtor impian sajah….”
RiderTua.com - Tesla menjadi salah satu merek mobil listrik yang cukup dikenal di seluruh dunia. Meski demikian, mereka juga dikenal…
RiderTua.com - Chery telah menghadirkan sejumlah mobil listriknya di pasar global, termasuk Omoda E5. Meski demikian, mereka terbuka bagi merek…
RiderTua.com - Setelah gagal menggelar tes di Portimao karena cuaca buruk dan kemudian COTA menjadi akhir pekan yang menyedihkan bagi…
RiderTua.com - Suzuki masih berusaha untuk memenuhi tingginya permintaan Jimny 5-door di Indonesia. Walau dengan antisipasi sebelumnya, mereka mendapat penumpukan…
RiderTua.com - Toyota Fortuner masih menjadi andalannya di segmen SUV ladder frame di Indonesia sampai sekarang. Hanya saja model ini…
RiderTua.com - Ketika rekan setimnya di GasGas Tech3 Pedro Acosta merayakan podium (finis ke-2) di COTA, Augusto Fernandez hanya mampu…
Leave a Comment